Dampak Buruk Riba Terhadap Kehancuran Keluarga (Bagian 3)

Dampak Buruk Riba Menuju Kehancuran Keluarga

Ketika individu telah hancur, keimanannya telah luntur maka seperti sebuah efek domino akan hancur juga keluarganya. Kehancuran dalam keluarga dimulai ketika kehidupan keluarga dipaksa dan dituntut dengan beban riba diluar batas kemampuan. 

Pemasukan dari bisnis juga sudah hancur karena bisnis telah terkena racun riba. Dahulu mengangap dengan pinjaman riba bisnis akan semakin melejit, numun justru omset penjualan akan naik dengan diikuti naiknya hutang riba. Terlihat sukses dan kaya namun sebenarnya fatamorgana karena hutang baru yang kian menumpuk. Uang hasil kerja keras tanpa mengenal waktu digelontorkan setiap bulannya hanya untuk membayar bunga riba tanpa mengurangi pokok pinjaman, yang terpenting bisa menjaga nama baik bank. Hingga akhirnya bisnis hancur lebur  tidak lagi sanggup menanggung beban riba.

Bisnis dengan hutang riba memaksa dirinya untuk bekerja melebihi kemampuannya, tidak sabar dan justru dengan kesombongannya yakin dapat membayar pokok dan bunganya. Ketika beban semakin berat, maka semua dilakukan mulai dari menjual dengan murah, menambah hutang baru, menunda hak karyawan bahkan mengurangi timbangan dan berbuat curang. Inilah awal dari kebangkrutan.

Ketika nilai keuntungan dalam bisnis dibawah bunga maka disitulah kehancurannya. Keuntungan juga akan semakin menurun karena modal yang dipinjam harus dikembalikan dalam bentuk angsuran setiap bulan dengan tambahan bunga. 

Riba pasti akan menghancurkan bisnis, tinggal masalah waktu, cepat atau lambat. Riba akan melambungkan ke langit dan menghempaskannya ke bumi, tinggal seberapa tinggi lambungannya maka akan semakin sakit ketika jatuhnya. Riba tidak pernah peduli apakah bisnis sedang rugi, sepi atau turun yang jelas tanggungan bunga riba harus dibayar. 

Pemasukan dari bisnis dan dari kerja hanya difokuskan untuk menyelesaikan tanggungan riba. Demi membayar tanggungan riba suami dan istri rela bekerja keras tanpa mempedulikan bagaimana kehidupan anak dan keluarganya. Ketika istri dan suami tidak fokus kepada anak dan keluarganya maka anaknya menjadi tidak mendapat kasih sayang dan mudah melawan orang tua. Tekanan dalam keluarga semakin menekan pikiran, membuat mudah sakit sehingga semakin menambah beban tanggungan riba. 

Kebutuhan untuk keluarga tidak lagi dianggap penting. Jika tidak cukup membayar riba, pinjam berbunga lagi menjadi solusinya. Beban riba semakin hari semakin menekan hingga suami istri saling menyalahkan. Semakin hari semakin banyak syariat yang dilanggar, keimanan semakin menipis yang dipikirkan hanya  bisa membayar riba. 

Rumah tangga akan hancur. Kebahagiaan dari riba adalah kebahagiaan yang semu yang menawarkan kesenangan sesaat. Tidak ada keberkahan dalam keluarga, suami bertengkar dengan istri, suami dan istri juga bertengkar dengan anak. Semua menjadi saling menyalahkan. Rumah terasa panas hingga akhirnya semua berujung kepada perpisahan, perceraian bahkan pembunuhan.

Allahu A'lam
Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel