Jangan Jadikan Bisnis Layaknya Ayam Boiler, Tetaplah Menjadi Ayam Kampung
Selasa, 17 September 2019
Ayam boiler dikembangkan dengan paksaan suntikan hormon dan pakan buatan, hal ini membuat ayam boiler menjadi lebih ringkih dan mudah mati ketika ada penyakit atau kondisi cuaca buruk. Ayam boiler dipaksa untuk tumbuh dan berkembang dengan lebih cepat. Pertumbuhan atau pertambahan berat badannya bisa sangat cepat, pada umur 7-8 minggu ayam bisa mencapai berat 2 kg.
Hal ini berbeda dengan ayam kampung yang memiliki sistem imun yang lebih tinggi, sehingga lebih tahan terhadap berbagai penyakit dan kondisi. Ketika sistem imunnya kuat maka peternak tidak akan mengeluarkan biaya tambahan untuk pengobatan dan dapat meminimalisir resiko kematian. Selain itu juga tingkat stres ayam kampung lebih rendah dan mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Ayam kampung juga memiliki protein dan gizi yang lebih tinggi, inilah yang membuat harganya lebih mahal.
Banyak bisnis yang awalnya dibangun layaknya ayam kampung namun berubah menjadi ayam boiler. Dibangun dari kecil dan terus tumbuh dan berkembang secara alami. Namun ketika bisnis mulai terlihat besar, banyak tawaran dari bank yang menawarkan suntikan modal riba untuk memaksakan perkembangan bisnis. Disampaikannya rayuan dengan meyakinkan bahwa dengan tambahan suntikan modal riba maka bisnis dan omset akan semakin meningkat, menambah hutang sama dengan menambah asset. Tanpa berfikir panjang diambilah jalan pintas dengan menerima bisnisnya disuntik dengan modal riba dengan berbagai pembenaran.
Ketika suntikan modal riba telah menjerat bisnis, maka bisnis dan omset penjualan akan naik namun diikuti dengan naiknya hutang riba. Terlihat sukses dan kaya namun sebenarnya fatamorgana karena hutang baru yang kian menumpuk. Uang hasil kerja keras tanpa mengenal waktu digelontorkan setiap bulannya hanya untuk membayar bunga riba tanpa mengurangi pokok pinjaman yang terpenting bisa menjaga nama baik bank.
Hingga akhirnya bisnis hancur lebur tidak lagi sanggup menanggung beban riba. Bisnis dengan hutang riba memaksa dirinya untuk bekerja melebihi kemampuannya, tidak sabar dan justru dengan kesombongannya yakin dapat membayar pokok dan bunganya. Ketika beban semakin berat, maka semua dilakukan mulai dari menjual dengan murah, menambah hutang baru, menunda hak karyawan bahkan mengurangi timbangan dan berbuat curang. Inilah awal dari kebangkrutan.
Ketika nilai keuntungan dalam bisnis dibawah bunga maka disitulah kehancurannya. Keuntungan juga akan semakin menurun karena modal yang dipinjam harus dikembalikan dalam bentuk angsuran setiap bulan.
Layaknya ayam boiler, bisnis yang telah disuntik modal riba menjadi lebih ringkih dan tidak tahan terhadap berbagai kondisi dan perkembangan pasar, bisnis pasti akan hancur, tinggal masalah waktu, cepat atau lambat. Riba akan melambungkan bisnis ke langit dan menghempaskannya ke bumi, tinggal seberapa tinggi lambungannya maka akan semakin sakit ketika jatuhnya. Riba tidak pernah peduli apakah bisnis sedang rugi, sepi atau turun yang jelas tanggungan bunga riba harus dibayar.