Qanaah sebagai Benteng Melawan Riba.

 Qonaah Sebagai Benteng Melawan Riba
Qanaah ibarat benteng dalam melawan riba, semakin banyak celah pada benteng maka akan semakin mudah untuk dimasuki riba melalui bara tantara syaitan. Demikian juga sebaliknya, semakin rapat dan kuat benteng, maka semakin susah syaitan dalam mumasuki celah untuk menjerumuskan ke dalam riba. 
Al-Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam kitabnya “Ihya’ Ulumiddin” menyebutkan bahwa diantara pintu masuk syaitan yang besar adalah syahwat hawa nafsu, tamak dan rakus, hasad iri dengki, perut yang selalu kenyang, kikir dan takut miskin, marah melampaui batas, terburu-buru dan tidak teliti, fanatik golongan dan selalu berprasangka buruk kepada kaum muslimin dan lainnya.

Agar memiliki benteng yang kuat sehingga tidak ada celah yang bisa dimasuki syaitan maka harus menutup seluruh pintu masuk syaitan melalui celah syahwat hawa nafsu, tamak dan rakus, hasad iri dengki, perut yang selalu kenyang serta kikir dan takut miskin. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membangun benteng yang kuat adalah membangun sifat qanaah.

Qanaah merupakan sifat merasa cukup, rela dan ridho dengan segala perintah, larangan dan ketentuan serta rezeki yang Allah SWT berikan. Seorang yang memiliki qanaah akan memiliki sifat ikhlas, sabar, bersyukur, sederhana, cukup dan produktif.

Seorang yang memiliki qanaah akan senantiasa mensyukuri segala ketentuan dan rezeki yang Allah SWT berikan. Ia tidak akan menuruti hawa nafsunya untuk hidup mewah dengan jalan riba. Ia tidak akan  hasad, iri dan dengki dengan nikmat dan harta orang lain sehingga  tidak akan melakukan riba hanya untuk bisa menyamai atau menyainginnya. Ia tidak pelit, kikir dan takut miskin karena sudah yakin bahwa rezeki sudah ditentukan dan tidak mungkin tertukar. Ia akan berusaha dan bekerja keras dan ketika hasilnya kurang ia menerima dengan ikhlas, ridha dan lapang dada. Ia tenang dan tidak pernah khawatir dengan rezekinya, karena yakin bahwa Allah telah menjamin rezekinya. Ia tidak memaksakan diri untuk hidup diluar standar kemampuannya dengan menambah beban melalui hutang riba. Ia senantiasa hidup sederhana dan akan menggunakan rezekinya untuk hal yang lebih produktif. Ia lebih memilih hidup sederhana daripada terlihat kaya dari sumber riba. Ia tidak akan melakukan riba hanya untuk memenuhi gaya hidup, karena sudah terbiasa hidup sederhana.  Ia akan senantiasa bersyukur dan hanya akan menggunakan rezekinya secara cukup dan tidak untuk pemborosan.

“Sungguh beruntung orang yang berislam, memperoleh kecukupan rezeki dan dianugerahi sifat qana’ah atas segala pemberian” (HR. Tirmidzi).

Orang dikatakan beruntung tatkala memperoleh kecukupan rezeki. Rezeki ada ketika dibutuhkan dan membawa banyak keberkahan dan pahala, bukan mereka yang diberikan banyak rezeki namun justru sebagai sumber dosa, melalaikan dan mendatangkan musibah.

Inilah betapa pentingnya qanaah sebagai benteng riba, ketika kita qanaah dan marasa cukup maka akan membuat hati menjadi kaya sehingga tidak akan mencari kekayaan atau sumber rezeki dari jalan riba yang tidak diridhai Allah, berbeda ketika tidak ada sifat qanaah maka hati akan menjadi sempit dan fakir sehingga berapapun rezekinya akan merasa kurang dan kurang sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta termasuk dengan jalan riba.

Benteng qanaah harus senantiasa dijaga dan diperbaiki dari berbagai karena pasukan musuh dengan bantuan bala tantara syaitan senantiasa datang menyerang benteng melalui berbagai cara dan kamuflase berbagai produk riba. Benteng qanaah harus dijaga dan diperbaiki dengan terus mendekatkan diri kepada Allah, senantiasa memahami hakikat rezeki dan hakikat perbedaan rezeki, melihat kondisi masyarakat yang berada dibawah, memahami bagaimana pandangan islam tentang harta dan berbagai pelajaran lainnya.

Allahu A'lam
Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel