Konsep Hedonisme Riba vs Konsep Islam
Senin, 14 Oktober 2019
Sahabat SRM saat ini kita hidup ditenggah-tengah semakin mewabahnya gaya hidup bermewah-mewahan. Gaya hidup bermewah-mewahan dengan mengutamakan kesenangan dan kenikmatan duniawi sebagai tujuan utamanya atau akrab disebut hedonisme.
Hedonisme yang kini dibumbui dengan budaya konsumtif telah menjadi sebuah budaya baru masyarakat zaman sekarang dan benar-benar telah menghancurkan tatanan kehidupan masyarakat yang ada. Budaya hedonisme akan membuat masyarakat rela melakukan apa saja demi memenuhi hasrat dan nafsu kesenangan dunianya, apalagi hanya sekedar melakukan riba, jelas itu tidak menjadi masalah bahkan justru dibanggakan.
Budaya hedonisme menjadi salah satu faktor utama maraknya praktek riba zaman sekarang. Masyarakat sekarang kini telah bangga dengan praktik riba untuk sekedar berburu akan hunian, kendaraan, fashion, jam tangan dan handphone terbaru. Status atau derajat masyarakat telah berubah dan kini dinilai berdasarkan banyaknya harta, tingkat kemewahan dan luas kekuasaanya. Hingga akhirnya masyarakat saling berlomba lomba melalui berbagai cara untuk menunjukan kelas, status dan derajatnya. Semua masyarakat berkeinginan memiliki standar kemewahan tertentu yang harus dicapai agar bisa memiliki status atau derajat yang standar. Agar bisa mencapai standar kemewahan tersebut, masyarakat rela untuk melakukan apa saja termasuk dengan mengadaikan agamannya.
Budaya hedonisme menghasilkan kumpulan individu yang memiliki tingkat individualisme atau sikap egois yang tinggi. Mereka lebih suka membelanjakan harta untuk kesenangan pribadi yang bersifat materialisme daripada untuk kegiatan sosial. Mereka lebih mementingkan kepentingan individu dari pada sosial.
Hedonisme dan konsep Islam merupakan suatu hal yang saling bertolak belakang. Dalam hedonisme kesenangan sejati adalah kesenangan dunia sedang konsep Islam kesenangan sejati adalah kesenangan di akhirat.
“Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun” (QS. An Nisa : 77).
Dalam hedonisme semua permasalahan dapat diselesaikan dengan materi meskipun dengan melawan hati nurani sedang dalam konsep Islam setiap masalah solusinya sabar dan shalat.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya hal demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang orang yang khusyu'" (QS. al-Baqarah: 45)
Dalam hedonisme harta harus ditumpuk sebanyak-banyaknya sedang dalam konsep Islam harta bukan untuk ditumpuk atau disimpan, namun harta adalah titipan yang harus segera disalurkan.
“Barangsiapa yang memiliki harta yang menyampaikannya untuk pergi haji, atau memiliki harta yang mewajibkan atasnya zakat, tetapi ia tidak menunaikan kewajibannya, niscaya ia akan memohon untuk dikembalikan hidup kembali di dunia ketika ajal menjemputnya.” Seorang lelaki bertanya, “wahai Ibnu Abas, takutlah Anda kepada Allah sebab hanya orang-orang kafir yang memohon untuk dikembalikan hidup di dunia”. Ibnu Abas menjawab, “Aku hendak membacakan kepada kalian urusan tersebut didalam Al-Quran. Kemudian Ibnu Abas membacakan Surat Al-Munafiqun mulai ayat 9 s.d. ayat 11" (H.R Tirmidzi)
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.(9) Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.(10) Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan(11)” (Q.S Munafiqun : 9 -11)
Dalam hedonisme derajat manusia selalu dipandang dari banyaknya harta, kemewahan dan kekuasaan sedang dalam konsep Islam derajat manusia dilihat dari banyaknya amal dan takwa.
"... Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti." (Q.S Al Hujurat : 13).
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan perkerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (Hud :15-16)
Dalam konsep hedonisme kemewahan adalah gaya hidup, sedang dalam konsep Islam gaya hidup adalah kesederhanaan dan tawadu'.
"Barangsiapa yang meninggalkan pakaian mewah karena tawadhu' (merendahkan diri) kepada Allah padahal ia mampu untuk membelinya, maka kelak pada hari kiamat Allah memanggilnya di hadapan para makhluk, untuk disuruh memilih pakaian iman sekehendak untuk dipakainya."
(HR. Turmudzi)
Dalam hedonisme perlombaan dalam kehidupan adalah berlomba-lomba dalam menumpuk harta, sedang dalam konsep Islam perlombaan hidup adalah berlomba-lomba dalam beramal kebaikan.
"Berlomba-lombalah dalam kebaikan” (QS. Al Baqarah: 148).
Salah satu cara agar tidak mudah terbawa arus deras riba adalah merubah pola pikir dari konsep hedonisme kepada konsep Islam dengan berfikir secara logis, rasional dan kritis tentang perbandingan hedonisme dan konsep Islam.
Allahu A'lam
Sumber : Diolah dari berbagai sumber