Riba Menjadikan Diri Malu Dipandang Rendah Manusia Daripada Dipandang Rendah Allah
Sabtu, 05 Oktober 2019
Sahabat SRM, sifat malu memiliki kedudukan yang agung dalam Islam, sifat malu merupakah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari menjaga izzah atau kehormatan. Seorang yang memiliki sifat malu akan memiliki pondasi yang kuat dalam menghadapi terpaan dan ujian untuk melakukan berbagai perbuatan buruk dan mengerjakan perbuatan baik termasuk melakukan riba.
Sifat malu merupakan bagian dari iman dan menjadi ciri khas akhlak. Seorang yang beriman hendaknya terus menanamkan dan memupuk rasa malunya, sehingga dapat menjadi pondasi yang kuat dari goncangan perbuatan-perbuatan tercela dan dosa.
"Iman itu enam puluh sekian cabang, dan malu adalah salah satu cabang dari iman” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Setiap agama mempunyai ciri khas akhlak dan ciri khas akhlak Islam itu rasa malu.” (HR. Ibnu Majah)
“Sesungguhnya diantara yang didapatkan manusia dari perkataan (yang disepakati) para Nabi adalah; “Jika kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu” (HR. Bukhari)
Sifat malu merupakan sifat terpuji yang selalu mendatangkan kebaikan. Rasulullah SAW merupakah orang yang menjaga sifat malu dan paling pemalu bahkan lebih pemalu dari gadis pingitan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lebih pemalu daripada seorang gadis pingitan yang dipingit di kamarnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
"Malu itu tidak datang kecuali dengan kebaikan” (HR. Bukhari dan Muslim).
Malu tidak hanya dalam hal keburukan, tapi malu juga penting dalam hal kebaikan. Dalam hal keburukan hendaknya seorang malu ketika berbuat dosa, ketika melakukan kebathilan dan ketika meninggalkan kebaikan. Sedang dalam hal kebaikan hendaknya seseorang tidak malu dalam melakukan kebaikan, dalam melakukan yang haq guna menjauhi perbuatan yang mungkar dan dosa.
Malu sangat penting dalam menghindari seorang dari riba, seorang yang punya rasa malu, maka tidak akan membiarkan diri dan keluarganya terkena riba hanya untuk memenuhi gaya hidup dan rasa gengsinya, dia tidak malu untuk hidup sederhana.
Seorang yang punya rasa malu ketika terdesak kebutuhan akan memilih hidup sederhana dan apa adanya. Ketika sangat terpaksa ia tidak akan mudah untuk berhutang riba melainkan ia akan berusaha untuk meminta tolong dan berhutang dengan jalan selain riba kepada saudaranya. Inilah yang juga telah luntur akibat lunturnya rasa malu, yaitu budaya tolong menolong. Jangan pernah malu untuk meminta tolong. Lebih baik berusaha mencari hutang tanpa bunga ke orang tua, mertua, saudara, teman daripada harus meminjam hutang riba di bank.
Seorang yang punya rasa malu ketika terdesak kebutuhan akan memilih hidup sederhana dan apa adanya. Ketika sangat terpaksa ia tidak akan mudah untuk berhutang riba melainkan ia akan berusaha untuk meminta tolong dan berhutang dengan jalan selain riba kepada saudaranya. Inilah yang juga telah luntur akibat lunturnya rasa malu, yaitu budaya tolong menolong. Jangan pernah malu untuk meminta tolong. Lebih baik berusaha mencari hutang tanpa bunga ke orang tua, mertua, saudara, teman daripada harus meminjam hutang riba di bank.
Jangan pernah malu untuk meminjam uang ke saudara dari pada harus memaksakan diri melakukan riba hanya karena malu kepada saudara, malu ketika dianggap miskin, malu karena gengsi sehingga menggagap lebih baik hutang bank dengan dosa riba daripada berusaha dahulu meminjam hutang dari saudara. Jangan pernah malu untuk meminta tolong, jangan dulu khawatir untuk merepotkan atau menyusahkan, karena jika niat untuk menghindari riba maka Allah akan membantu dan Allah Maha Membolakbalikan hati hambaNya.
Namun ketika rasa malu telah hilang, maka dia justru bangga ketika berurusan dengan bank, dia justru malu ketika dipandang miskin, tidak punya rumah dan kendaraan, padahal rumah dan kendaraanya dari hutang riba. Gengsi dan gaya hidup telah melunturkan rasa malunya kepada Allah dan berganti malu kepada manusia.
Namun ketika rasa malu telah hilang, maka dia justru bangga ketika berurusan dengan bank, dia justru malu ketika dipandang miskin, tidak punya rumah dan kendaraan, padahal rumah dan kendaraanya dari hutang riba. Gengsi dan gaya hidup telah melunturkan rasa malunya kepada Allah dan berganti malu kepada manusia.
Malu merupakan pondasi izzah, kehormatan dan kewibawaan. Seorang yang telah hilang izzah, kehormatan dan kewibawaanya ketika ia melakukan riba akan lebih malu dipandangan manusia daripada malu dipandangan Allah.
Sahabat SRM demikianlah pentingnya rasa malu, lebih malulah ketika dipandang rendah Allah daripada manusia.
Allahu A'lam
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
Allahu A'lam
Sumber : Diolah dari berbagai sumber