Sederhana Menjauhkan dari Riba
Rabu, 16 Oktober 2019
Sahabat SRM, saat ini banyak praktek riba yang dilakukan hanya untuk memenuhi gaya hidup, bermewah-mewahan dan pemborosan atau sering disebut hedonisme. Orang yang sudah terkena penyakit hedonisme maka ia rela melakukan apa saja termasuk riba hanya untuk memenuhi gaya hidup. Cara hidup dalam Islam merupakan cara hidup yang berlandaskan kesederhanaan. Sederhana bukan berarti kurang, tapi cukup dan tidak berlebihan atau boros. Sederhana tidak membeli yang diinginkan tapi membeli yang dibutuhkan. Sederhana tidak pernah memaksakan, tapi hidup sesuai dengan kemampuan.
Islam sudah mengatur hidup dengan sederhana, bahkan untuk makan sudah diatur untuk tidak berlebih-lebihan atau boros.
"...makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Q.S Al-Araf:- 7:31)
Rasulullah SAW merupakan orang yang paling sederhana, meskipun memiliki banyak harta, namun beliau lebih memilih hidup sederhana, hartanya sebagian besar digunakan untuk sedekah di jalan Islam. Beliau lebih mementingkan agama dan umat daripada dirinya sendiri.
"Aisha mengatakan bahwa keluarga Nabi Muhammad SAW tidak memiliki cukup roti yang terbuat dari gandum untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk dua hari berturut-turut hingga wafatnya Rasulullah." (H.R Bukhari dan Muslim)
"Said al-Maqburi telah menyebut bahwa Abu Hurairah ketika dia lalu dihadapan beberapa orang yang sedang memanggang domba dan menjemputnya makan, beliau menolaknya dan berkata: Rasulullah SAW telah meninggalkan dunia ini tanpa pernah memakan penuh roti jelai." (H.R Bukhari)
"Muadh bin Jabal mengatakan bahwa ketika Rasulullah SAW mengirim dia ke Yaman beliau bersabda: Berhati-hatilah hidup dengan memakai pakaian yang sangat mahal (atau bermewah-mewah), karena Rasulullah SAW tidak hidup dengan memakai pakaian yang sangat mahal." (H.R Ahmad)
Dari Abu Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: "Ya Allah, jadikanlah rezeki untuk keluarga Muhammad adalah sebatas untuk kebutuhan pokoknya." (H.R Muslim)
Dari Mu'adz bin Anas ra. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang meninggalkan pakaian mewah karena tawadhu' (merendahkan diri) kepada Allah padahal ia mampu untuk membelinya, maka kelak pada hari kiamat Allah memanggilnya di hadapan para makhluk, untuk disuruh memilih pakaian iman sekehendak untuk dipakainya." (H.R Tirmidzi)
"Rasulullah SAW tidak pernah makan dengan piring, sampai beliau meninggal dunia, juga beliau tidak pernah makan roti yang terbuat dari tepung sampai meninggal dunia." (H.R Bukhari)
"Aisyah ra. mengeluarkan sebuah kain dan sarung yang tebal kepada kami seraya berkata : "Sewaktu Rasulullah SAW menghembuskan nafasnya yang terakhir, beliau memakai kain dan sarung ini." (H.R Bukhari dan Muslim)
Abu Salaam telah meriwayatkan bahwa Aisha, istri Nabi berkata: "Aku selalu tidur dihadapan Rasulullah, dan kakiku adalah menghadapi kiblah baginda. Saat sujud beliau akan menyentuh kakiku dan aku akan menariknya. Kemudian saat mereka bangun aku akan meluruskannya (kakiku). Aisha menambahkan: Pada waktu itu kebanyakan rumah tidak memiliki lampu."(H.R Bukhari)
Rasulullah SAW telah mengajarkan banyak hal tentang kesederhanaan, mulai dari makanan, berpakaian, tempat tinggal dan terkait prinsip rizki secara umum. Satu hal yang penting adalah kesederhanaan berlaku untuk diri sendiri dan keluarga, bukan ketika memberikan bantuan atau sedekah kepada orang lain dengan bantuan yang sederhana. Rasulullah SAW selalu memberikan sesuatu yang terbaik kepada orang lain dan beliau memilih hidup secara sederhana untuk dirinya. Sederhana bukan berarti kikir atau pelit. Islam tidak mengajarkan untuk kikir baik kepada diri sendiri atau keluarga. Sederhana itu bukan kikir namun tidak melakukan pemborosan.
"...Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan." (Q.S An-Nisa : 36-37)
"...dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (Q.S Al-Isra : 26-27)
Orang yang hidup sederhana akan lebih produktif karena uang yang ada tidak digunakan untuk hal boros namun untuk hal lain yang lebih bermanfaat. Hidup sederhana juga bisa menumbuhkan sifat ikhlas, tenang, sabar dan syukur. Ketika hidup penuh rasa syukur, penghasilan berapapun pasti cukup untuk hidup, berbeda jika hidup dengan perilaku hedonisme, gaji berapapun tidak akan cukup untuk memenuhi nafsunya.
Hiduplah sederhana dan janganlah sampai terbawa kepada tipuan kemewahan dan keindahan kehidupan dunia yang melalaikan.
"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakanmu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakanmu dalam (mentaati) Allah." (Q.S Luqman : 33)
"Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan terhadap kalian sepeninggalku, adalah terbukanya kemewahan dan keindahan dunia." (H.R Bukhari dan Muslim)
Orang yang terbiasa hidup sederhana tidak akan mudah terbawa kepada arus riba. Ia akan menggunakan rezekinya secara cukup dan tidak untuk pemborosan sehingga lebih produktif. Ia tidak akan melakukan riba hanya untuk memenuhi gaya hidup dan gengsi.
Allahu A'lam
Sumber : Diolah dari berbagai sumber