Jangan Salah Paham Terhadap Rizki
Selasa, 12 November 2019
Sahabat SRM, banyak diantara kita yang salah paham terhadap rizki dikarenakan kurangnya pemahaman akan rizki menurut ajaran Islam. Banyak yang menganggap penyebab datangnya rezeki adalah usaha manusia itu sendiri, menganggap besarnya rizki yang didapat tergantung kepada ikhtiar yang dilakukan (terhitung secara matematis), menggap bahwa rizkibanya berupa harta bahkan memilih untuk tidak berikhtiar karena menganggap rizki datangnya dari Allah. Akibat salah paham terhadap rizki orang akan sangat mudah terjerumus ke dalam rizki yang haram dan riba. Berikut beberapa hal penting tentang rizki yang harus dipahami:
1. Allah menjamin rizki yang cukup
Allah Maha Menyediakan Rizki (Ar-Razzaq) telah menjamin rezeki yang cukup kepada setiap hamba-hambaNya dan seluruh makhluk. Sebagai contoh bagaimana Allah senantiasa mencukupkan rizki kepada cicak. Cicak adalah hewan yang tidak bisa terbang, namun makanan utama cicak berupa nyamuk dapat terbang. Tugas cicak memang hanya berikhtiar sejauh kemampuannya, kewajiban cicak hanya diam-diam merayap, cicak tidak harus mencari dan mengejar-ngejar nyamuk yang terbang. Allah yang membimbing, mendatangkan dan mendekatkan nyamuk ke cicak. Allah sudah memberikan rezeki yang cukup buat cicik dan seluruh makhluk, sehingga tidak perlu lagi kita mengambil rezeki yang diperuntukkan bagi orang lain.
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)." (Q.S Hud : 6)
2. Allah yang meluaskan dan menyemptikan rizki
Allah SWT meluaskan, menambah, mengurangi dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki. Ketika orang memahami hakikat ketentuan ini maka tidak akan ada yang berani mencari rizki dengan cara haram seperti riba, mencuri, merampok dan menipu karena sudah tau bahwa Allah dapat meluaskan dan menyempitkan dengan seketika.
"Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan di dunia ini (dibandingkan dengan) kehidupan di akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)." (Q.S Ar-Ra’ad : 26)
3. Allah memberikan rizki sempurna sampai ajalnya
Setiap jiwa tidak akan mati sampai diberikan rezekinya secara sempurna oleh Allah SWT. Orang yang memahami hakikat ketentuan ini tidak akan khawatir dengan rezekinya dan tidak mencari rizki dengan cara yang haram.
Ketika jatah rizki yang diperoleh sampai meninggal diprosentasikan dengam 100 %, maka ketika terdapat rizki diperoleh dengan cara haram misalkan 30%, maka jatah rizki juga akan berkurang menjadi 70%.
Allah menjamin akan menurunkan seluruh rizki secara sempurna, maka jangan lagi mencari rizku dengan cara haram.
Allah menjamin akan menurunkan seluruh rizki secara sempurna, maka jangan lagi mencari rizku dengan cara haram.
“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah)
4. Allah dapat memberikan Istidroj rizki
Banyak orang yang diberikan harta yang berlimpah dan rizki yang berlipat meskipun ia mendapatkan rizkinya dengan cara haram, meskipun ia tidak pernah bersedekah dan selalu bermaksiat. Istidroj adalah azab yang diundur oleh Allah SWT. Jangan iri dan silau dengan kesuksesan dan kemewahan harta orang lain, barangkali ia sedang mengalami Istidroj. Banyak sedikitnya rizki bukan menjadi patokan, bisa jadi orang yang diberikan rizki yang berlimpah justru merupakan istidroj rizki artinya rizkinya hanya melalaikan dan menambah dosa hingga datang azabNya, sedang orang yang diberikan kesempitan rizki merupakan bentuk kasih sayang Allah untuk menjaga hambanya dari dosa dan maksiat. Buat apa banyak rizki tapi hanya sibuk untuk menambah dan mengumpulkannya sehingga lupa kepada Allah, lebih baik rizki secukupnya tapi senantiasa membawa ketatan kepada Allah.
"Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa." (QS. Al-An'am : 44)
"Jika kamu melihat Allah SWT memberikan dunia kepada seorang manusia pelaku maksiat, dengan sesuatu yang ia (pelaku maksiat) sukai, maka sesungguhnya itu adalah istidroj." (H.R. Ahmad)
5. Rizki yang sebaik-baiknya adalah yang disedekahkan
Rizki itu bukan yang dimiliki tapi dimanfaatkan, digunakan serta disedekahkan. Sebaik-baik rizki adalah rizki yang disedekahkan. Rizki yang disedekahkan akan memberi bermanfaat bagi dirinya di dunia dan akhirat dengan catatan sumbernya diperoleh dengan cara yang halal. Betapa beruntungnya orang yang selama hidupnya memberi manfaat dan setelah matinya terus mengalir sedekah jariyah.
"Dari Aisyah Radhiallohu’anha bahwasanya mereka (para Sahabat) menyembelih kambing, lalu Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam bertanya: “Apa yang masih tersisa dari kambing tersebut?” Aisyah menjawab: “Tidak ada yang tersisa kecuali bahunya.” Beliau bersabda: “Semuanya masih tersisa kecuali bahunya.” (H.R. At-Tirmidzi)
Hanya bahu kambing saja yang akhirnya habis dimakan dan masuk ke kerongkongan hingga ke lambung. Sedangkan bagian kambilng yang lain disedekahkan maka akan kekal di sisi Allah. Bagi Rasulullah, sedekah akan mendatangkan pahala yang banyak dan menjadi amal yang memperberar timbangan kebaikan.
Hanya bahu kambing saja yang akhirnya habis dimakan dan masuk ke kerongkongan hingga ke lambung. Sedangkan bagian kambilng yang lain disedekahkan maka akan kekal di sisi Allah. Bagi Rasulullah, sedekah akan mendatangkan pahala yang banyak dan menjadi amal yang memperberar timbangan kebaikan.
6. Rizki yang disedekahkan akan bertambah
Allah menjamin bahwa setiap rizki yang disedekahkan akan diganti ketika di dunia dan kelak di akhirat akan diberi balasan dan ganjaran yang berlipat.
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)”.
Secara perhitungan Matematis dan Ekonomis setiap rizki yang disedekahkan pasti akan berkurang, namun sesungguhnya setiap sedekah yang diberikan sama sekali tidak akan mengurangi rizki, namun justru sebaliknya dapat menambah harta.
“Tidaklah harta itu berkurang karena sedekah. Dan tidaklah Alloh menambahkan terhadap orang yang suka memberimaaf melainkan kemuliaan. Serta tidaklah seseorang merendahkan diri (Tawadhu) karena Alloh melainkan Alloh yang Mahaperkasa lagi Mahamulia akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim : 2588)
Allah berjanji bahwa setiap sedekah/infaq yang dikeluarkan maka Allah juga akan menyedekahkan atau berinfaq pula kepadanya. Allah juga berjanji bahwa setiap sedekah akan diganti. Allah juga akan memberikan ampunan dan melipatgandakan pahala. Allah juga akan memberikan keberkahan pada harta yang disedekahkan. Walaupun secara bentuk rizki yang disedekahkan berkurang, namun kekurangan tadi akan diganti dengan rizki yang lain dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak.
“Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya Aku berinfak kepadamu!” (Muttafaq ‘Alaih)
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39)
“Jika kalian meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepada kalian dan mengampuni kalian. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun”. (QS. At-Taghabun: 17)
"Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (H.R Bukhori dan Muslim)
7. Rizki bukan masalah kuantitas tapi kualitas
Banyak manusia yang berusaha dengan sangat keras membanting tulang siang malam untuk mengumpulkan dan menimpuk rizki. Sebagian besar usianya dihabiskan untuk berlomba-lomba mengumpulkan harta. Tapi mereka lupa bahwa hakikat rezeki itu bukan dari kuantitas atau jumlah nominalnya tapi kualitasnya atau keberkahan dan kebermanfaatannya baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan umat.
Rasulullah SAW dalam berdo'a tidak meminta rizki yang banyak, tapi rizki yang baik, halal dan berkah yang memberi banyak manfaat dan kebaikan.
"Yaa Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan baik serta amalan yang diterima oleh-Mu.” (H.R Ahmad dan Ibnu Majah)
Bisa jadi orang yang mempunyai kuantitas gaji 2 juta tapi bisa memiliki kualitas atau keberkahan dan kebermanfaatan rizki 20 juta dan sebaliknya. Percuma mempunyai banyak rizki namun di dalamnya tidak ada keberkahan manfaat melainkan hanya berisi harta haram dan riba sehingga rizki tersebut hanya akan menambah dosa dan masalah dalam hidupnya. Ketika rizki tidak ada keberkahan maka sebanyak apapun rizkinya maka tidak akan pernah puas dan akan selalu kurang dan kurang, hingga mencari jalan tidak halal untuk menutupi kekurangannya. Lebih baik rizkinya cukup namun penuh dengan manfaat, keberkahan, kebaikan dan membawa ketaatan kepada Allah.
8. Allah menjamin rizki bagi orang yang beriman dan bertaqwa
Allah akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi hanya untuk kita hambanya yang beriman dan bertaqwa. Selama ini rizki susah karena belum benar-benar beriman dan bertaqwa. Masih menuhankan manusia dan segala amal ibadahnya bukan karena Allah tapi untuk hanya demi sanjungan, pujian dan kekaguman manusia. Iman dan taqwa selama ini hanya terucap dibibir tidak diamalkan dan dirasakan dengan hati.
"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan berkah kepada mereka dari langit dan bumi, tapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Q.S.Al A'raf (7) : 96).
9. Allah menjamin rizki bagi orang yang shalat dan sabar
Shalat dan bersabarlah dalam ketaatan maka Allah akan mendatangkan rizki. Ketika rizki sedang sulit maka cobalah periksa shalat, bisa jadi rizki tertunda karena sering menunda dan meninggalkan shalat. Ketika shalat lebih diutamakan dibanding apapun dan siapapun maka Allah Sang Maha Pemberi Rezeki dapat dengan mudah untuk mengirim dan menghambat rizki, Allah dapat membolakbalikan hati pembeli, hati investor dan hati mitra kerja.
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS.Thaha: 132)
10. Allah menambah rizki bagi orang yang senantiasa bersyukur
Orang yang senantiasa mensyukuri rizki Allah, niscaya Allah benar-benar akan menambahkan kenikmatan dan rizki kepadanya. Dan orang yang mengingkari rizki tersebut maka Allah menutupi atau menganti kenikmatan dan rizkinya. Orang yang senantiasa bersyukur akan selalu merasakan nikmat Allah dalam setiap rizki hidupnya. Rasa syukur dan merasakan kehadiran nikmat itu selalu bersama. Semakin banyak seseorang bersyukur, semakin banyak nikmat Allah yang dirasakannya. Semakin banyak nikmat yang ia rasakan, semakin dalam rasa syukurnya pada Allah.
"Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 7-8)
11. Allah meluaskan rizki bagi orang yang senantiasa menyambung silaturahmi
Rezeki akan mudah dicari dari banyak sumber jika kita punya hubungan baik dengan orang lain. Semakin baik hubungan tersebut maka akan semakin baik pula timbalnya. Semakin luas silaturahmi maka akan semakin luas pula sumber rezekinya. Silaturahmi juga bisa menjadi sumber ilmu, pengalaman, ide dan solusi masalah. Allah dapat menitipkan jawaban berbagai kesulitan rizki melalui silaturahmi. Silaturahmi yang baik juga akan menumbuhkan kepercayaan dan amanah. Kepercayaan dan amanah merupakan modal utama dalam menggapai rezeki. Semakin banyak silaturahmi juga akan semakin banyak orang yang akan mendoakan.
”Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya ia bersilaturrahmi.” (HR. Bukhari)
Rizki itu ibarat mesteri, makhluk Allah tidak ada yang dapat mengetahui kapan rezkinya akan diturunkan atau dicabut dan dimana serta dalam bentuk apa rizki diturunkan atau dicabut. Kewajiban sebagai makhluk hanya berikhtiar dengan kesungguhan. Masalah hasil serahkanlah semua pada Allah. Seperti pedagang buah yang menjual buah yang sama di toko yang bersebalahan. Sebuah mesteri untuk mengetahui toko mana yang paling laris meskipun semua pelayanan, kualitas barang dan harganya sama, belum tentu toko yang strategis lebih laris dari toko dibelakang. Meskipun demkian, rizki harus diikhtiarkan dengan maksimal, namun kembali semua Allah yang menentukan.
Ikhtiar adalah kewajiban, ikhtiarlah dengan kesungguhan, masalah hasil kembalikan kepada Allah. Lakukan ikhtiar yang terbaik untuk mendapatkan ridha Allah SWT, jika Allah sudah ridha, urusan rezeki mudah bagi Allah. Semakin sempurna ikhtiar kita, maka kita semakin berharap Allah meridhai usaha kita.
Allah sangat senang dan mencintai hambaNya yang bersusah payah dalam ikhtiar mencari rizki.
"Sesungguhnya Allah Taala senang melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal" (H.R.Ad Dailami).
Banyak orang yang menggangap bahwa rizki adalah sesuatu yang dimiliki, namun ternyata rizki bukan hanya dimiliki namun dimanfaatkan dan dinikmati. Hakikatnya rezeki itu adalah sesuatu yang kita rasakan manfaatnya atau sudah dipergunakan.
Makanan dan minuman yang masih ada di atas meja makan belum tentu itu rezeki kita, bisa jadi ada tamu datang. Barang yang baru dibeli bisa jadi bukan rizki kita lantaran ukurannya yang tidak sesuai sehingga diberikan ke saudara. Jadi orang yang banyak rezeki adalah mereka yang banyak mendapatkan manfaat dari apa-apa yang diusahakannya.
Hakikat tertinggi dari rizki adalah ketika bisa bermanfaat untuk orang lain baik itu dalam bentuk sedekah maupun dipinjamkan. Jadi untuk apa menumpuk numpuk harta, sedang sejatinya rizki dasar setiap orang sama, yaitu apa yang ia makan dan ia pakai namun ia lupa akan hakekat rizki yang paling utama, yaitu rizki yang ia sedekahkan.
Orang yang banyak harta belum tentu banyak rezekinya. Orang yang sedikit hartanya belum tentu kurang rezekinya. Banyak orang yang diberi banyak harta namun diberi penyakit dan perasaan tidan tenang. Ada juga orang yang hartanya sedikit namun hidup berkah, dijauhkan dari penyakit, diberikan anak yang sholeh dan bermanfaat.
Percuma mempunyai banyak rizki jika didalmnya hanya berisi keharaman dan riba. Kelak yang dipertanyakan bukan seberapa banyak rizki namun dari mana diperoleh dan dipakai untuk apa?".
"Kaki seorang hamba di hari kiamat tidak akan bergeser sampai dia ditanya tentang (beberapa hal, diantaranya) tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan untuk apa dia gunakan…" (HR. Turmudzi dan ad-Darimi)
“Barangsiapa yang memiliki harta yang menyampaikannya untuk pergi haji, atau memiliki harta yang mewajibkan atasnya zakat, tetapi ia tidak menunaikan kewajibannya, niscaya ia akan memohon untuk dikembalikan hidup kembali di dunia ketika ajal menjemputnya.” Seorang lelaki bertanya, “wahai Ibnu Abas, takutlah Anda kepada Allah sebab hanya orang-orang kafir yang memohon untuk dikembalikan hidup di dunia”. Ibnu Abas menjawab, “Aku hendak membacakan kepada kalian urusan tersebut didalam Al-Quran. Kemudian Ibnu Abas membacakan Surat Al-Munafiqun mulai ayat 9 s.d. ayat 11" (H.R Tirmidzi)
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.(9) Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.(10) Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan(11).” (Q.S Munafiqun : 9 -11)
12. Rizki wajib dicari meski sudah dijamin
Meskipun rezeki setiap makhluk yang ada di bumi sudah dijamin Allah SWT, tapi rezeki tidak datang begitu saja. Rizki harus dijemput dan diikhtiarkan. Seluruh makhluk Allah untuk mendapatkan rizki harus berikhtiar. Cicak harus merayap dan berdiam dengan tenang menunggu nyamuk datang. Burung harus terbang kesana kemari untuk mencari biji-bijian atau serangga.Rizki itu ibarat mesteri, makhluk Allah tidak ada yang dapat mengetahui kapan rezkinya akan diturunkan atau dicabut dan dimana serta dalam bentuk apa rizki diturunkan atau dicabut. Kewajiban sebagai makhluk hanya berikhtiar dengan kesungguhan. Masalah hasil serahkanlah semua pada Allah. Seperti pedagang buah yang menjual buah yang sama di toko yang bersebalahan. Sebuah mesteri untuk mengetahui toko mana yang paling laris meskipun semua pelayanan, kualitas barang dan harganya sama, belum tentu toko yang strategis lebih laris dari toko dibelakang. Meskipun demkian, rizki harus diikhtiarkan dengan maksimal, namun kembali semua Allah yang menentukan.
Ikhtiar adalah kewajiban, ikhtiarlah dengan kesungguhan, masalah hasil kembalikan kepada Allah. Lakukan ikhtiar yang terbaik untuk mendapatkan ridha Allah SWT, jika Allah sudah ridha, urusan rezeki mudah bagi Allah. Semakin sempurna ikhtiar kita, maka kita semakin berharap Allah meridhai usaha kita.
Allah sangat senang dan mencintai hambaNya yang bersusah payah dalam ikhtiar mencari rizki.
"Sesungguhnya Allah Taala senang melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal" (H.R.Ad Dailami).
13. Rizki adalah sesuatu yang bermanfaat
Banyak orang yang menggangap bahwa rizki adalah sesuatu yang dimiliki, namun ternyata rizki bukan hanya dimiliki namun dimanfaatkan dan dinikmati. Hakikatnya rezeki itu adalah sesuatu yang kita rasakan manfaatnya atau sudah dipergunakan.
Makanan dan minuman yang masih ada di atas meja makan belum tentu itu rezeki kita, bisa jadi ada tamu datang. Barang yang baru dibeli bisa jadi bukan rizki kita lantaran ukurannya yang tidak sesuai sehingga diberikan ke saudara. Jadi orang yang banyak rezeki adalah mereka yang banyak mendapatkan manfaat dari apa-apa yang diusahakannya.
Hakikat tertinggi dari rizki adalah ketika bisa bermanfaat untuk orang lain baik itu dalam bentuk sedekah maupun dipinjamkan. Jadi untuk apa menumpuk numpuk harta, sedang sejatinya rizki dasar setiap orang sama, yaitu apa yang ia makan dan ia pakai namun ia lupa akan hakekat rizki yang paling utama, yaitu rizki yang ia sedekahkan.
14. Rizki bukan hanya harta
Rizki bukan hanya harta atau yang bersifat materi namun rizki juga bersifat non materi seperti kesehatan, kecerdasan, keluarga, keterampilan, ketenangan dan kebermanfaatan.Orang yang banyak harta belum tentu banyak rezekinya. Orang yang sedikit hartanya belum tentu kurang rezekinya. Banyak orang yang diberi banyak harta namun diberi penyakit dan perasaan tidan tenang. Ada juga orang yang hartanya sedikit namun hidup berkah, dijauhkan dari penyakit, diberikan anak yang sholeh dan bermanfaat.
15. Pertanyaannya bukan seberapa banyak rizki tapi dari mana dan untuk apa rizki tersebut
Banyak orang yang susah payah untuk menumpuk numpuk rizki bahkan dengan menghalalkan segala cara termasuk dengan cara riba dan cara haram lainnya. Banyak juga orang yang tidak mau mengeluarkan rizkinya untuk sedekah dan zakat hanya karena takut rizkiya berkurang. Mereka lebih rela mengeluarkan rizki untuk kesenangan dunia.Percuma mempunyai banyak rizki jika didalmnya hanya berisi keharaman dan riba. Kelak yang dipertanyakan bukan seberapa banyak rizki namun dari mana diperoleh dan dipakai untuk apa?".
"Kaki seorang hamba di hari kiamat tidak akan bergeser sampai dia ditanya tentang (beberapa hal, diantaranya) tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan untuk apa dia gunakan…" (HR. Turmudzi dan ad-Darimi)
16. Rizki yang tidak ditunaikan adalah penyesalan ketika kematian
Rizki berupa harta yang berlebih harus segera dikeluarkan baik untuk zakat, sedekah, haji, kurban dan amalan lainnya sesuai dengan syariat. Jika sampai harta yang dimiliki hanya disimpan, maka kelak hanyalah penyesalan yang dirasakan ketika menemui kematian“Barangsiapa yang memiliki harta yang menyampaikannya untuk pergi haji, atau memiliki harta yang mewajibkan atasnya zakat, tetapi ia tidak menunaikan kewajibannya, niscaya ia akan memohon untuk dikembalikan hidup kembali di dunia ketika ajal menjemputnya.” Seorang lelaki bertanya, “wahai Ibnu Abas, takutlah Anda kepada Allah sebab hanya orang-orang kafir yang memohon untuk dikembalikan hidup di dunia”. Ibnu Abas menjawab, “Aku hendak membacakan kepada kalian urusan tersebut didalam Al-Quran. Kemudian Ibnu Abas membacakan Surat Al-Munafiqun mulai ayat 9 s.d. ayat 11" (H.R Tirmidzi)
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.(9) Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.(10) Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan(11).” (Q.S Munafiqun : 9 -11)
17. Rizki yang sudah dijamin banyak dikejar, sedang akhirat yang belum dijamin lupa dikejar
Orang terus menyibukan dirinya dan berlomba-lomba dalam mengejar rizki. Padahal rizkinya sudah dijamin akan diturunkan semuanya hingga kematiannya. Padahal rizkinya tidak akan pernah tertukar. Semua dikorbankan untuk mengejar rizki, termasuk mengorbankan agama dan ibadahnya, ia menggumpulkan rizki dengan cara haram, ia meningalkan ibadahnya hanya karena alasan kesibukan, jika dilakukan pun biasanya di akhir waktu dan sekedar formalitas apa adanya, hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Namun mereka lupa yang dikejar mati-matian bukan yang akan dibawa menghadap Allah SWT. Mereka lupa jika rizki sudah dijamin, sedang akhirat yang belum dijamin mereka melalaikannya. Bukan berarti hanya memikirkan akhirat dan melupakan dunia, namun semua dilakukan dengan seimbang.Ibn ‘Athaillah berkata: “Kesungguhan Anda dalam mencari rezeki yang telah dijamin oleh Allah bagi Anda, dan mengabaikan apa yang menjadi tuntutan Allah terhadap Anda (kewajiban beribadah) adalah petunjuk atas tertutupnya mata hati Anda.”
18. Allah membagi rezeki berdasarkan kebutuhan hambaNya, bukan berdasarkan keinginannya
Allah membagi rezeki berdasarkan kebutuhan hambaNya, bukan berdasarkan keinginannya, karena Allah Maha Tahu kebutuhan mahlukNya. Apa yang kita anggap baik belum tentu demikian menurut Allah. Demikian pula sebaliknya apa yang kita anggap buruk belum tentu demikian menurut Allah. Jangan berburuk sangka pada Allah masalah rizki. Jika Allah mengambil atau menutup jalan rizki, bisa jadi Allah sedang membersihkannya dan membukan jalan rizki yang lebih baik dan bermanfaat."Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al Baqarah : 216).
19. Rizki tertahan karena maksiat dan dosa
Rizki dapat tertahan karena kemaksiatan yang dilakukan dan sebalikanya lancarnya rezeki terjadi karena ketaatan dan amal saleh."Sesungguhnya seseorang terhalang mendapatkan rezeki karena dosa yang ia perbuat.” (HR. Ibnu Majah)
Namun ada kalanya orang yang hidupnya dipenuhi dosa dan maksiat namun masih dilancarkan rezekinya, inilah yang disebut Istidroj rizki sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya.
20. Rizki hanya sebuah titipan
Pada hakekat ya manusia dan semua makhluk Allah adalah fakir. Seluruh rizki sejatinya adalah titipan dari Allah dan setiap titipan harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang sudah ditentukan pemiliknya. Selagi titipan tersebut belum diambil maka gunakanlah kesempatan yang ada di jalan yang benar, sebelum ia hilang dan berpindah kepada orang-orang. Jika titipan tersebut diambil maka kita juga harus mengikhlaskan, tidak protes dan mengeluhkannya."Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian hartamu yang Alla telah menjadikanmu menguasainya. Maka, orang-orang yang beriman di antaramu dan menafkahkan sebagian hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al-Hadid: 7)
Allahu A'lam
Sumber : Diolah dari berbagai sumber