Pelajaran Riba dari Surat Al Kahfi
Sabtu, 21 Desember 2019
Sahabat SRM, surat Al Kahfi merupakan surat yang mengandung banyak kisah, pelajaran dan peringatan tentang akhir zaman. Ketika fitnah (cobaan atau tipuan) Dajjal telah keluar di akhir zaman maka salah satu bentuk perlindungan bagi orang yang beriman adalah membaca, mentadaburi dan mengamalkan surat Al Kahfi. Ketika surat Al Kahfi dibacakan rutin setiap hari jumat maka Allah akan memberikan cahaya perlindungan dari fitnah Dajjal.
"Barang siapa menghafal sepuluh ayat pertama surat al-Kahfi, maka dia akan terlindung dari Dajjal.” (H.R Muslim)
“Kalian yang melihatnya (Dajjal) harus membacakan kepadanya ayat-ayat awal surat al-Kahfi.” (H.R Muslim)
“Barang siapa yang membaca tiga ayat awal dari surat al-Kahfi niscaya dia akan terlindung dari Fitnah (ujian dan cobaan) Dajjal.” (H.R Tirmidzi)
"Barang siapa yang membaca surat al kahfi pada hari jumat maka dia akan diberi cahaya yang menerang antara dua jumat" (H.R Al Baihaqi, At Tabrani, An Nasai dan Hakim)
"Barang siapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al Kahfi maka ia akan terlindung dari futnah Dajjal." (H.R Ahmad)
Salah satu tanda dekatnya akhir zaman adalah semakin menyebarnya riba ke seluruh dunia. Dan kini sudah tiba masanya dimana riba telah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat melalui berbagai aspek kehidupan. Bahkan mereka yang berusaha menjauh dari ribapun masih terkena debu riba. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini sudah memasuki akhir zaman!.
"Barang siapa yang membaca surat al kahfi pada hari jumat maka dia akan diberi cahaya yang menerang antara dua jumat" (H.R Al Baihaqi, At Tabrani, An Nasai dan Hakim)
"Barang siapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al Kahfi maka ia akan terlindung dari futnah Dajjal." (H.R Ahmad)
Salah satu tanda dekatnya akhir zaman adalah semakin menyebarnya riba ke seluruh dunia. Dan kini sudah tiba masanya dimana riba telah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat melalui berbagai aspek kehidupan. Bahkan mereka yang berusaha menjauh dari ribapun masih terkena debu riba. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini sudah memasuki akhir zaman!.
Rasulullah bersabda: "Akan tiba masanya, kamu tidak akan dapat menjumpai seorang pun di dunia ini yang tidak akan memakan riba. Dan sekalipun jika seseorang menyatakan bahwa dia tidak memakan riba, ia tetap terkena debu riba." (H.R Abu Daud)
Saat ini sebagian besar masyarakat telah terkena virus dan racun riba. Masyarakat membeli rumah, kendaraan, barang kebutuhan, biaya modal usaha, biaya sekolah dan berbagai kebutuhan dengan jalan riba. Jika kita tidak berusaha berlindung dari virus dan racun riba maka kita akan sangat mudah untuk terinveksi. Salah satu bentuk perlindungan terhadap virus dan racun riba adalah dengan membaca, mentadaburi dan mengamalkan surat Al Kahfi. Berikut beberapa kisah dan pelajaran dalam surat Al kahfi yang dapat dijadikan tameng untuk berlindung dari Dajjal.
1. Kisah Ashabul Kahfi
Kisah ashabul kahfi terdapat dalam surat Al Kahfi ayat 9 - 26. Kisah ini merupakan kisah beberapa pemuda yang telah berusaha untuk mendakwahkan ajaran agama Allah ditengah kehidupan masyarakat yang telah banyak melakukan kemusyrikan namun justru ia mendapat ancaman dan penyiksaan. Hingga akhirnya pemuda tersebut memilih berhijrah untuk mempertahankan agamanya dengan meninggalkan kota dan mencari wilayah yang relatif aman.
Dalam perjalanan hijrahnya, pemuda tersebut beristirahat di dalam gua dan karena keimanan yang kuat Allah menidurkannya selama 309 tahun Masehi atau 300 tahun Hijriah.
Hijrahnya pemudah ashabul kahfi menggandung makna yang mendalam bahwa ketika usaha dakwah yang telah dilakukan gagal dan justru dapat mengancam agama dan keimanan maka jalan terbaik adalah meninggalkannya dengan berhijrah.
Hijrah pemuda ashabul kahfi layaknya hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah. Nabi dan para sahabatnya merelakan harta, keluarga dan seluruh kehidupan yang dahulu ditinggalkan demi memperthankan agama dan keimanannya.
Para pemuda ashabul kahfi memberikan teladan dalam menghadapi fitnah yang sudah tidak bisa lagi untuk dirubahnya dan justru fitnah tersebut dapat mengancam keimanannya, yaitu dengan meninggalkan segala kesenangan dunia demi menjaga kesucian keimanan dengan berhijrah meninggalkan fitnah dunia secara suka rela
Dalam perjalanan hijrahnya, pemuda tersebut beristirahat di dalam gua dan karena keimanan yang kuat Allah menidurkannya selama 309 tahun Masehi atau 300 tahun Hijriah.
Hijrahnya pemudah ashabul kahfi menggandung makna yang mendalam bahwa ketika usaha dakwah yang telah dilakukan gagal dan justru dapat mengancam agama dan keimanan maka jalan terbaik adalah meninggalkannya dengan berhijrah.
Hijrah pemuda ashabul kahfi layaknya hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah. Nabi dan para sahabatnya merelakan harta, keluarga dan seluruh kehidupan yang dahulu ditinggalkan demi memperthankan agama dan keimanannya.
Para pemuda ashabul kahfi memberikan teladan dalam menghadapi fitnah yang sudah tidak bisa lagi untuk dirubahnya dan justru fitnah tersebut dapat mengancam keimanannya, yaitu dengan meninggalkan segala kesenangan dunia demi menjaga kesucian keimanan dengan berhijrah meninggalkan fitnah dunia secara suka rela
Pelajaran pertama yang bisa diambil dari kisah ashabul kahfi berkitan dengan riba adalah prinsip hijrah atau melepaskan diri dari dunia demi menyelamatkan iman. Bagi yang masih bekerja di bank atau lembaga keuangan yang didalamnya terdapat unsur riba segera berhijrah dan tinggalkan kesenangan dunia yang dirasakan sebelumnya dengan keluar berhijrah mencari rizki halal. Bagi yang masih meminjam uang di bank atau berurusan dengan riba segera selesaikan dan bayarkan hanya pokok hutang dan tinggalkan seluruh sisa riba.
Pelajaran kedua dari kisah ashabul kahfi berkaitan dengan riba adalah prinsip hijrah saat dakwah dan amar ma'ruf nahi mungkar telah gagal dilaksanakan dan justru dapat merusak iman. Pemuda ashabul kahfi hidup dalam kondisi masyarakat yang banyak melakukan perbuatan dosa dan syirik. Para pemuda ashabul kahfi telah berusaha untuk berdakwah dan melakukan amar ma'ruf nahi mingkar namun justru dihina dan diancam dan bahkan seruan dakwahnya dapat merusak dan menghilangkan keimanannya sehingga mereka memilih untuk berhijrah.
Dalam hal riba kewajiban kita yang utama adalah menjadi pasukan Allah dan RasulNya dalam memerangi riba dengan berdakwah dan melakukan amar ma'ruf nahi mungkar karena Allah dan RasulNya telah menyatakan perang terhadap riba. Namun dalam kondisi ketika dakwah dan seruan amar ma'ruf nahi mungkar yang dilakukan justru mengancam keimanan dan justru berpotensi merusak keimanan dan bahkan bisa menyeret kedalam riba maka dianjurkan untuk berhijrah menyelamatkan iman.
Pelajaran ketiga dari kisah ashabul kahfi berkaitan dengan riba adalah tentang uang koin perak yang dibawa tidur pemuda kahfi selama 309 tahun Masehi atau 309 tahun Hijrah yang tidak mengalami inflasi. Ketika pemuda kahfi bangun dan membelanjakan uang tersebut untuk membeli makanan masih tetap bisa dan nilainya tetap sama. Bandingkan dengan uang kertas saat ini yang terus mengalami inflasi. Inilah inti sari riba.
Pelajaran keempat dari kisah ashabul kahfi berkaitan dengan riba adalah tentang ujian berat yang akan diterima orang yang hidup di akhir zaman. Seperti pemuda kahfi yang demi mempertahankan keimanan mereka harus dihina, dicaci, ditindas serta dipaksa untuk mengikuti dosa dan kesyirikan yang dilakukan kebanyakan masyarakat. Begitu juga dalam riba, ketika akan menyuarakan kebenaran tentang riba atau meninggalkan riba pasti ada hinaan, cacian, intimidasi. Kita harus menghadapinya layaknya pemuda kahfi yang tetap kokok mempertahankan keimannya.
Dalam hal riba kewajiban kita yang utama adalah menjadi pasukan Allah dan RasulNya dalam memerangi riba dengan berdakwah dan melakukan amar ma'ruf nahi mungkar karena Allah dan RasulNya telah menyatakan perang terhadap riba. Namun dalam kondisi ketika dakwah dan seruan amar ma'ruf nahi mungkar yang dilakukan justru mengancam keimanan dan justru berpotensi merusak keimanan dan bahkan bisa menyeret kedalam riba maka dianjurkan untuk berhijrah menyelamatkan iman.
Pelajaran keempat dari kisah ashabul kahfi berkaitan dengan riba adalah tentang ujian berat yang akan diterima orang yang hidup di akhir zaman. Seperti pemuda kahfi yang demi mempertahankan keimanan mereka harus dihina, dicaci, ditindas serta dipaksa untuk mengikuti dosa dan kesyirikan yang dilakukan kebanyakan masyarakat. Begitu juga dalam riba, ketika akan menyuarakan kebenaran tentang riba atau meninggalkan riba pasti ada hinaan, cacian, intimidasi. Kita harus menghadapinya layaknya pemuda kahfi yang tetap kokok mempertahankan keimannya.
2. Kisah Orang Kaya dan Miskin
Kisah tentang perumpamaan orang kaya dan orang miskin terdapat dalam surat Al Kahfi ayat 32 - 46. Kisah ini menceritakan perumpamaan orang yang diberikan Allah SWT kelebihan dan kekurangan harta. Orang kaya diberikan dua kebun yang sangat subur dengan hasil yang berlimpah, sedang orang miskin tidak diberikan kekayaan. Namun meski diberikan banyak harta, orang kaya tersebut salah dalam memandang harta, ia lupa bahwa harta adalah ujian, ia lupa bahwa Allah SWT yang memberikan hartanya sehingga ia menyombongkan diri, ia telah menuhankan hartanya sehingga rusak jiwa dan keimanannya. Akhirnya seluruh kebun-kebunnya dihancurkan oleh Allah SWT.
Pelajaran pertama dari kisah orang kaya dan miskin yang berkaitan dengan riba adalah tentang harta yang merupakan sebuah ujian. Allah SWT menganugerahkan harta kepada siapa yang dikehendakiNya dan menahan harta kepada siapa yang dikehendakiNya dan sejatinya harta merupakah sebuah ujian. Harta yang dapat melalaikan dan akhirnya akan membawa kepada kehancuran iman. Ketika iman sudah mulai hancur maka akan hancur pula keyakinan bahwa harta hanya bersumber dari Allah SWT, yang diyakininya justru banyaknya harta karena usaha dan kemampuannya. Ketika sudah demikian maka ia sudah tidak mempedulikan darimana harta diperoleh dan bagaimana harta dikembangkan dan dikeluarkan, sekilapun melalui cara yang haram atau melalui jalan riba atau melalui penindasan atau kezhaliman. Penyakit serakah, kikir, tamak telah merasuki tubuhnya. Ia telah dicengkeram dengan sekulerisme dan materialisme. Ia telah menuhankan hartanya. Kisah ini menunjukan berbahayanya fitnah harta, karena harta adalah sebuah ujian yang dapat menghancur iman dan spiritual.
Pelajaran kedua dari kisah orang kaya dan miskin yang berkaitan dengan riba adalah tentang cara memandang harta dalam kehidupan. Kemuliaan orang bukan berdasarkan banyaknya harta dan kehinaan seorang bukan berdasarkan kurangnya harta. Ketika orang sudah salah dalam memandang harta maka orang akan menghalalkan segala macam cara untuk menumpuk dan mengumpulkan harta karena ia menganggap bahwa kemuliaan orang bersumber dari banyaknya harta. Orang akan melakukan segala macam cara termasuk dengan jalan haram dan riba agar terlihat memiliki banyak harta.
Pelajaran ketiga dari kisah orang kaya dan miskin yang berkaitan dengan riba adalah tentang kebahagiaan hakiki yang tidak bersumber dari harta. Salah besar orang yang berpandangan bahwa kebahagiaan bersumber dari banyaknya harta. Orang berlomba-lomba menumpuk harta dengan segala cara termasuk dengan cara haram dan riba padahal kebahagiaan hakiki bukan bersumber dari banyaknya harta. Dalam kisah ini, orang miskin meskipun tidak punya banyak harta namun selalu penuh dengan kerendahan hati, rasa syukur dan senantiasa tunduk dan yakin bahwa urusan harta sudah menjadi kekuasaan Allah, ia senantiasa hidup tenang dan bahagia. Berbeda dengan orang kaya yang sangat sombong, kufir nikmat dan telah hilang keimanannya, sehingga ketika Allah menggambil hartanya dengan menghancurkan kebun-kebunnya ia tidak lagi merasakan kebahagiaan.
Pelajaran pertama dari kisah orang kaya dan miskin yang berkaitan dengan riba adalah tentang harta yang merupakan sebuah ujian. Allah SWT menganugerahkan harta kepada siapa yang dikehendakiNya dan menahan harta kepada siapa yang dikehendakiNya dan sejatinya harta merupakah sebuah ujian. Harta yang dapat melalaikan dan akhirnya akan membawa kepada kehancuran iman. Ketika iman sudah mulai hancur maka akan hancur pula keyakinan bahwa harta hanya bersumber dari Allah SWT, yang diyakininya justru banyaknya harta karena usaha dan kemampuannya. Ketika sudah demikian maka ia sudah tidak mempedulikan darimana harta diperoleh dan bagaimana harta dikembangkan dan dikeluarkan, sekilapun melalui cara yang haram atau melalui jalan riba atau melalui penindasan atau kezhaliman. Penyakit serakah, kikir, tamak telah merasuki tubuhnya. Ia telah dicengkeram dengan sekulerisme dan materialisme. Ia telah menuhankan hartanya. Kisah ini menunjukan berbahayanya fitnah harta, karena harta adalah sebuah ujian yang dapat menghancur iman dan spiritual.
Pelajaran kedua dari kisah orang kaya dan miskin yang berkaitan dengan riba adalah tentang cara memandang harta dalam kehidupan. Kemuliaan orang bukan berdasarkan banyaknya harta dan kehinaan seorang bukan berdasarkan kurangnya harta. Ketika orang sudah salah dalam memandang harta maka orang akan menghalalkan segala macam cara untuk menumpuk dan mengumpulkan harta karena ia menganggap bahwa kemuliaan orang bersumber dari banyaknya harta. Orang akan melakukan segala macam cara termasuk dengan jalan haram dan riba agar terlihat memiliki banyak harta.
Pelajaran ketiga dari kisah orang kaya dan miskin yang berkaitan dengan riba adalah tentang kebahagiaan hakiki yang tidak bersumber dari harta. Salah besar orang yang berpandangan bahwa kebahagiaan bersumber dari banyaknya harta. Orang berlomba-lomba menumpuk harta dengan segala cara termasuk dengan cara haram dan riba padahal kebahagiaan hakiki bukan bersumber dari banyaknya harta. Dalam kisah ini, orang miskin meskipun tidak punya banyak harta namun selalu penuh dengan kerendahan hati, rasa syukur dan senantiasa tunduk dan yakin bahwa urusan harta sudah menjadi kekuasaan Allah, ia senantiasa hidup tenang dan bahagia. Berbeda dengan orang kaya yang sangat sombong, kufir nikmat dan telah hilang keimanannya, sehingga ketika Allah menggambil hartanya dengan menghancurkan kebun-kebunnya ia tidak lagi merasakan kebahagiaan.
Pelajaran keempat dari kisah orang kaya dan miskin yang berkaitan dengan riba adalah tentang balasan bagi mereka yang tidak terlalaikan oleh hartanya. Orang miskin meskipun tidak memiliki banyak harta namun tetap sabar, tidak kufur nikmat dan hilang keimanannya, maka Allah kelak akan memberikan sesuatu yang jauh lebih baik dibanding kebun-kebun orang kaya dan jauh lebih baik dibanding kemiskinan yang ia alami di kehidupan dunia ini. Begitulah seharusnya keyakinan orang terhadap riba. Orang harus yakin dengan meninggalkan harta haram dan riba Allah pasti akan memberikan kehidupan yang jauh lebih baik. Ingatlah bahwa harta dan dunia ini bersifat sementara dan tidak akan kekal. Segalanya akan hancur, berlalu dan ditinggalkan. Hiduplah di dunia untuk akhirat bukan untuk dunia. Bekal terbaik bukan harta namun amal kebaikan. Jangan mengadaikan keimanan demi harta dan dunia.
3. Kisah Khidzir a.s dan Nabi Musa a.s
Kisah Khidir a.s dan Nabi Musa a.s terdapat dalam surat Al Kahfi ayat 60-82. Awal kisah ini bermula ketika Nabi Musa a.s ditanya oleh orang Yahudi yang menanyakan apakah Nabi Musa a.s orang paling berilmu?. Kemudian Nabi Musa a.s mengatakan bahwa dialah orang yang paling berilmu. Kemudian Allah SWT menegur Nabi Musa a.s karena telah menyatakan bahwa dialah yang paling berilmu diantara manusia. Kemudian Allah SWT berfirman bahwa ada seseorang yang lebih berilmu dari pada beliau yaitu Khidir a.s.
Nabi Musa a.s kemudian menemuai Nabi Khidir a.s untuk berguru. Nabi Khidir a.s mengizinkan Nabi Musa a.s berguru dan mengikutinya dengan syarat Nabi Musa a.s harus bisa bersabar serta dilarang untuk menanyakan apapun sebelum Nabi Khidir a.s sendiri yang menjelaskan.
Terdapat 3 kisah dari pertemuan Nabi Musa a.s dengan Khidir a.s. yaitu kisah Khidir a.s yang melubangi perahu yang ditumpanginya seakan-akan ingin menenggelamkannya, kisah Khidir a.s yang membunuh anak kecil yang tidak bersalah dan kisah Khidir a.s yang memperbaiki tembok padahal penduduknya tidak peduli padanya.
Dalam setiap kisah perjalanan tersebut Nabi Musa a.s selalu menanyakan alasan tindakan Khidir a.s yang menurutnya salah. Padahal kesepakatan awal bahwa Nabi Musa a.s dilarang menanyakan sebelum Khidir a.s sendiri yang menjelaskannya.
Ternyata apa yang dilakukan Khidir a.s dalam ketiga kisah tersebut mengandung banyak sekali hikmah dan pelajaran. Dalam kisah melubangi perahu, Khidir a.s sengaja melubangi perahu dengan tujuan untuk mengamankan perahu tersebut karena akan ada raja yang akan datang merampas perahu tersebut. Dalam kisah membunuh anak kecil, Khidir a.s membunuhnya karena kelak anak tersebut dapat membuat orang tuanya rusak keimanannya serta tersesat dan Allah akan mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya. Dalam kisah memperbaiki tembok, Khidir a.s memperbaiki tembok dua orang anak yatim yang di bawahnya terdapat harta benda simpanan yang disembunyikan dan anaknya adalah seorang yang sholeh.
Terdapat 3 kisah dari pertemuan Nabi Musa a.s dengan Khidir a.s. yaitu kisah Khidir a.s yang melubangi perahu yang ditumpanginya seakan-akan ingin menenggelamkannya, kisah Khidir a.s yang membunuh anak kecil yang tidak bersalah dan kisah Khidir a.s yang memperbaiki tembok padahal penduduknya tidak peduli padanya.
Dalam setiap kisah perjalanan tersebut Nabi Musa a.s selalu menanyakan alasan tindakan Khidir a.s yang menurutnya salah. Padahal kesepakatan awal bahwa Nabi Musa a.s dilarang menanyakan sebelum Khidir a.s sendiri yang menjelaskannya.
Ternyata apa yang dilakukan Khidir a.s dalam ketiga kisah tersebut mengandung banyak sekali hikmah dan pelajaran. Dalam kisah melubangi perahu, Khidir a.s sengaja melubangi perahu dengan tujuan untuk mengamankan perahu tersebut karena akan ada raja yang akan datang merampas perahu tersebut. Dalam kisah membunuh anak kecil, Khidir a.s membunuhnya karena kelak anak tersebut dapat membuat orang tuanya rusak keimanannya serta tersesat dan Allah akan mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya. Dalam kisah memperbaiki tembok, Khidir a.s memperbaiki tembok dua orang anak yatim yang di bawahnya terdapat harta benda simpanan yang disembunyikan dan anaknya adalah seorang yang sholeh.
Pelajaran pertama dari kisah Khidir a.s dan Nabi Musa a.s yang berkaitan dengan riba adalah untuk mengetahui suatu kebenaran lihatlah berdasarkan hakikatnya jangan hanya melihat pada yang tampak secara eksternal namun juga internal. Zaman sekarang banyak penampilan dan kenyataan yang terlihat sangat berbeda dan berkebalikan dengan hakikatnya. Apalagi urusan riba jangan hanya melihat riba dari luar sehingga banyak yang menganggap riba sebagai pertolongan, lihatlah kepada hakikat riba dan alasan atau dampak kenapa sampai riba dilarang, karena sekarang banyak tipuan dan pengelabuhan riba. Untuk dapat mengenali hakikat riba yang secara kasat mata tidak seperti riba tidak hanya butuh pengetahuan eksternal atau ilmu zhahir namun juga pengetahuan internal atau ilmu batin yang akan melahiran keimanan serta kesadaran moral dan spiritual.
"Sungguh aku tahu apa yang ada bersama Dajjal, bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Salah satunya secara kasat mata berupa sungai dan yang lainnya secara kasat mata berupa api yang bergejolak. Bila ada yang menjumpainya, hendaklah mendatangi surga yang ia lihat berupa api dan hendaklah menutup mata, kemudian hendaklah menundukkan kepala lalu meminumnya karena sesungguhnya itu adalah air dingin.” (H.R Muslim)
“Sesungguhnya bersamanya ada air dan api, apanya adalah air dingin dan airnya adalah api, karena itu janganlah kalian binasa.” (H.R Bukhari dan Muslim)