Bagaimana Cara Berdakwah atau Mengingatkan Pelaku Riba?

Bagaimana Cara Berdakwah atau Mengingatkan Pelaku Riba

Tanya SRM
Bagaimana cara berdakwah atau mengingatkan pelaku riba?

Jawaban SRM
Sahabat SRM ada beberapa sahabat yang "galau" ketika akan mendakwahkan tentang riba, khususnya dakwah kepada suami, istri, anak, orang tua, saudara, teman dan pimpinan. Apalagi saat ini muncul banyak presepsi yang salah tentang riba ditambah banyak muncul fatwa dan berbagai upaya agar riba tetap halal dengan bungkus label syariah sehingga pasti dalam dakwah riba bukan perkara mudah. 


Pertanyaanya bagaimana cara dakwah dan menggingatkan agar tujuan dakwah sendiri tercapai dan tidak sampai merenggangkan hubungan silaturahmi atau bahkan sampai memutus hubungan silaturahmi.

1. Dakwah Sesuai Tahapan Turunnya Ayat Riba

Dakwah riba harus benar-benar dilakukan bertahap dengan melihat latarbelakang dan kondisi objek pelaku riba yang akan didakwahkan. Para pelaku riba belum tentu memiliki standar pemahaman dan standar moralitas yang sama dengan kita. Lihatlah bagaimana latar belakang keluarga, pendidikan, agama, kondisi ekonomi dan berbagai hal lain yang harus benar-benar diperhatikan. Ketika sudah tau bagaimana latarbelakangnya maka akan lebih mudah untuk mengetahui harus dari tahp mana untuk memulai mendakwahkan riba. 

Sebagaimana dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW yang sangat bijaksana ketika menjawab beberapa pertanyaan yang sama dari sahabat berdasarkan latar belakang dan kondisinya. Ketika ditanya amal apa yang paling dicintai Allah, beliau menjawab berbakti kepada orang tua, karena sahabat yang bertanya tidak berbuat baik kepada orang tuannya. Ketika dalam waktu yang lain ditanya amal apa yang paling dicintai Allah, beliau menjawab shalat tepat waktu karena sahabat yang bertanya kurang tepat waktu ketika shalat berjamaah. Pada kesempatan lain, beliau juga menjawab jihad, karena sahabat yang bertanya ternyata tidak serius dalam berjihad.


Dakwah riba juga harus demikian, tidak bisa dilakukan dengan sembarangan melainkan harus dengan metode dan tahapan yang benar. Jangan sampai dakwah langsung ke tahap akhir yang berisi hukuman dan ancaman namun tidak menjelaskan akan hikmah dari pelarangan riba. Hal ini justru menyakiti dan menimbulkan permusuhan.


"Sesungguhnya yang pertama kali turun ialah surat dari surat-surat mufashal yang didalamnya disebutkan perihal syurga dan neraka, sehingga jika manusia telah kembali/masuk Islam, maka turunlah surat yang menyebutkan tentang halal dan haram. Nah, sekiranya yang mula-mula turun ialah ayat yang berbunyi : janganlah kamu meminum khamer selama-lamanya. Dan seandainya yang turun itu ayat yang berbunyi : jangan berzina, niscaya mereka menawab : kami tidak akan meninggalkan kebiasaan berzina selama-lamannya” (H.R Bukhori)


“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (Q.S Al Qashash : 56)


"Dakwahkan riba dengan menyenangkan"

Bagaimana dakwah dengan menyenangkan itu???

Dakwah dalam riba harus dilakukan berdasarkan empat tahapan turunnya ayat tentang riba, yaitu :
a. Tahap Pengenalan 
Bertujuan untuk mengenalkan dasar, hakikat dan definisi riba sehingga menyamakan presepsi  yang sama tentang riba dan tidak menimbulkan banyak kebingungan.

Tahap ini berisi ajakan untuk berfikir dengan akal, hati dan rasa tentang manfaat dan mudharat riba. Sebelum disampaikan mengenai larangan dan hukuman riba pelaku riba harus disiapkan hatinya dengan mengajak berfikir mendalam tentang manfaat dan mudharat, sehingga ketika disampaikan larangan dan hukuman pelaku riba lebih mudah untuk menerimannya.

c. Tahap Latihan
Tahap ini sudah disampaikan mengenai penetapan hukum atau larangan namun tidak diikuti dengan adanya hukuman. Tahap ini bertujuan untuk melatih pelaku riba agar secara bertahap bisa meninggalkan kebiasaan riba. Riba menimbulkan kecanduan seperti minuman keras dan menghilangkannya harus dilatih secara bertahap. 

Bahkan dalam sejarah turunnya ayat riba, tahap latihan berlangsung selama tujuh tahun sebelum Allah Ta’ala menurunkan perintah riba terakhir dalam Q.S Al Baqarah : 278 – 281. Dalam periode tujuh tahun ini Rasulullah SAW menanamkan bagaimana sudut pandang Islam terhadap harta, qanaah, kesederhanaan dll, sehingga masyarakat bisa menerima ketika turun larangan total.

d. Tahap Pelarangan Total
Pelarangan secara total dilakukan setelah masyarakat memahami manfaat dan mudharat, hati dan jiwa masyarakat siap dan telah melawati serta merasakan tahap latihan. Pada tahap ini Allah SWT mengharamkan secara tegas menggunakan bahasa yang keras dan tegas dengan acaman akan diperangi Allah dan RasulNya sebagaimana tercantum dalam Q.S Al Baqarah : 275 – 281

Nah begitulah seharusnya kita berdakwah, harus melihat latarbelakang dan kondisi objek yang didakwahi serta dilakukan secara bertahap, sebagaimana Allah SWT tidak langsung menurunkan ayat tentang hukum halal haram namun surat-surat mufasal. Apalagi untuk mendakwahkan tentang riba, tidak bisa langsung mengatakan riba haram dan akan diperangi Allah dan RasulNya. Sebaiknya harus bertahap sesuai 4 tahapan turunnya ayat tentang riba dalam merubah kebiasaan riba.

Allah dan RasulullahNya membutuhkan waktu selama tujuh tahun sebelum riba dilarang dan akan diperangi Allah dan RasulNya. Ketika proses tersebut Rasullullah SAW mengajarkan dan menanamkan banyak hal mulai dari bahaya riba, kaum Yahudi yang merubah larangan riba, bagaimana sudut pandang Islam terhadap harta, qanaah, kesederhanaan dan pelajaran lainnya, sehingga umat bisa menerima ketika turun larangan dan hukuman riba.

2. Dakwah Jangan Frontal

Pelaku riba bukan orang yang paling hina, mereka melakukan riba bisa karena ketidaktahuan akan tahapan, dampak, dosa dan solusinya atau desakan hawa nafsu atau juga kondisi darurat ekonomi yang sudah mengancam jiwanya. Ketika dakwah frontal dan langsung menghukumi maka bukannya mucul pemahaman yang lurus,  namun justru memunculkan perpecahan dan stigma negatif Islam tetang riba yang dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman.

Pelaku riba jangan langsung dihukumi dengan dakwah yang frontal, seperti "riba itu dosanya lebih berat dari zina", " riba itu dosanya seperti melakukan zina dengan ibu kandung", "riba itu seperti lintah darah yang memakan darah kerja keras orang lain". Dakwahkan sesuatu yang menyenangkan, seperti "alasan kenapa riba dilarang" , "hakikat riba""larangan riba untuk kebaikan dan keseimbangan" dan "konsep rezeki".

3. Dakwah dengan Hikmah dan Pelajaran

Dakwah jangan dilakukan dengan keras yang dampaknya justru bisa mengakibatkan pelaku riba tidak akan meninggalkan riba bahkan sampai terjadi permusuhan dan terputusnya silaturahmi namun seyogianya dakwah dilakukan dengan hikmah dan pelajaran dengan kasih sayang, kelembutan dan cara yang baik. Bahkan bantahan juga harus disampaikan dengan cara yang baik sehingga pelaku riba benar-benar bisa meyakini, merasakan dan secara sadar dapat meninggalkan riba secara menyeluruh.

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S An Nahl : 125)

4. Dakwah layaknya mercusuar

Dakwah dalam urusan riba membutuhkan mental layaknya sebuah mercusuar. Ketika mendakwahkan riba pasti banyak penolokan karena perbedaan pendapat dan keyakinan mereka. Tak jarang hinaan dan makian juga kita rasakan ketika mendakwahkan riba. Inilah yang membuat banyak orang putus asa hingga akhirnya sudah menyerah dan berhenti berdakwah.

Dakwah dalam urusan riba membutuhkan mental layaknya sebuah mercusuar. Sebuah mercusuar dibangun untuk memberi panduan dan petunjuk kepada kapal-kapal agar tidak salah arah. Mercusuar dibangun tinggi agar terlihat oleh banyak orang dan memiliki lampu yang terang yang setiap interval tertentu berkedip, hidup dan mati. Mercusuar akan terus berkedip tanpa pernah melihat kondisi cuaca dan waktu, kapanpun dan bagaimanapun kondisi cuacanya, mercusuar tidak akan pernah berhenti untuk memberi panduan dan petunjuk. Mercusuar tidak peduli apakah kapal akan melihat kedipan lampunya atau tidak, yang ia lakukan hanya konsisten untuk terus mengidepkan lampunya.

Berdakwahlah layaknya mercusuar, ia akan terus mengedipkan cahaya dakwah bagaimanapun kondisi hinaan dan makian. Ia akan terus mengedipkan cahaya dakwah secara istiqomah walau hujan dan badai. 

Berdakwahlah layaknya mercusuar, ia melakukan dengan tulus ikhlas dan sabar tanpa paksaan, ia tidak mengharapkan imbalan dan bantuan apapun.

Berdakwahlah layaknya mercusuar, yang dilakukan tanpa memaksa, semuanya akan dikembaliakan kepada nahkoda kapal, apakah ia akan menerima dan mengikuti panduan dan petunjuk atau akan meninggalkanya. 

Berdakwahlah layaknya mercusuar, ia tidak peduli banyak sedikitnya nahkoda kapal yang mengikuti panduan dan petunjuknya, yang terpenting bukan seberapa banyak kapal yang mau mengikuti petunjuk namun yang terpenting ia terus konsisten berdakwah yang merupakan kewajibanya. Biarpun tidak ada orang yang mau mendengarkan dakwah riba, namun tetaplah istiqomah mengedipkan cahaya dakwah, karena kita tidak akan tahu siapa orang yang akan menerima dan mengikuti dakwa kita.

5. Jangan Memaksakan

Hidup itu adalah sebuah pilihan, kewajiban kita hanya untuk mendakwahkan bukan untuk memaksakan. Manusia telah dianugerahi dengan akal dan buti pekerti yang dapat digunakan untuk membedakan kebenaran dan keburukan, membedakan yang baik dan yang buruk. Ingatlah bahwa hidayah adalah hak prerogatif Allah kewajiban kita hanya untuk mendakwahkan dan mengingatkan, bukan memaksakan. 

Allahu A'lam

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel