Mengapa Ayat Riba yang Terakhir Diturunkan dalam Al Qur'an?

Mengapa Ayat Riba yang Terakhir Diturunkan Dalam Al Quran

Tanya SRM
Mengapa ayat riba yang terakhir diturunkan dalam Al Qur'an?

Jawaban SRM
Sahabat SRM, ayat tentang riba dalam Q.S Al Baqarah ayat 275 -281 merupakan ayat yang terakhir kali diturunkan dalam Al Qur'an.

Dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Luhaiah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ata ibnu Dinar, dari Sa'id ibnu Jubair, bahwa ayat Al-Qur'an yang paling akhir diturunkan di antara semuanya ialah firman Allah SWT: Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedangkan mereka sedikit pun tidak dianiaya. (Al-Baqarah: 281). Nabi SAW hidup selama sembilan malam sesudah ayat ini diturunkan, kemudian beliau wafat pada hari Senin, tanggal dua, bulan Rabi'ul Awwal. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.


Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula melalui hadis Al-Mas'udi, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa akhir ayat Al-Qur'an dalam penurunannya ialah firman Allah SWT: Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. (Al-Baqarah: 281)

Imam Nasai meriwayatkan melalui hadis Yazid An-Nahwi, dari Ikrimah, dari Abdullah ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ayat Al-Qur'an yang paling akhir turunnya ialah firman Allah SWT: Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna ter-hadap apa yang telah dikerjakan, sedangkan mereka sedikit pun tidak dianiaya. (Al-Baqarah: 281)

Hal yang sama diriwayatkan oleh Ad-Dahhak dan Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. As-Sauri meriwayatkan dari Al-Kalbi, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ayat Al-Qur'an yang paling akhir turunnya ialah firman Allah SWT: Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. (Al-Baqarah: 281) Tersebutlah bahwa antara turunnya ayat ini dan wafat Nabi SAW terhadap tenggang masa selama tiga puluh satu hari.

Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat yang paling akhir diturunkan ialah firman-Nya: Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. (Al-Baqarah: 281), hingga akhir ayat. Ibnu Juraij mengatakan bahwa mereka (para sahabat) mengatakan, "Sesungguhnya usia Nabi SAW sesudah ayat ini diturunkan tinggal sembilan hari lagi; ayat diturunkan pada hari Sabtu, dan beliau Nabi SAW wafat pada hari Senin."

Ibnu Jarir dan Ibnu Atiyyah meriwayatkan dari Abu Sa'id, bahwa ayat yang paling akhir diturunkan adalah firman-Nya: Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kalian semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedangkan mereka sedikit pun tidak dianiaya. (Al-Baqarah: 281)

“Ayat yang terakhir turun adalah ayat riba. Dan sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diwafatkan dan belum ditafsirkan pada kita. Mereka menyebutnya riba dan ribah.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)

Pertanyaanya  mengapa Allah menurunkan ayat terakhir berkaitan dengan riba, bukan berkaitan dengan aqidah, akhlak, sejarah?

Sungguh Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui segala kebaikan. Berikut beberapa hikmah turunnya ayat riba sebagai ayat yang terakhir kali diturunkan dalam Al Qur'an:

1. Peringatan paling keras dan harus selalu diingat

Allah Ta’ala menurunkan ayat riba sesuai dengan kondisi masyarakat. Ketika masyarakat dalam kondisi kegelapan (jahiliyah) dan sudah terbiasa melakukan riba sampai menjadi budaya, maka Allah Ta’ala tidak langsung menurunkan ayat tentang larangan dan hukuman melainkan turun secara bertahap dengan sangat bijaksana sehingga sedikit demi sedikit masyarakat memahami dan meninggalkan riba. 

Allah menurunkan ayat riba dari mulai surat Ar Rum ayat 39,  surat An Nisa’ :ayat 161, surat Al-Imran  ayat 130 dan terakhir ditutup dengan surat Al Baqarah ayat 275 -281. Pelarangan secara total dalam surat Al Baqarah ayat 275-281 baru diturunkan setelah hampir 7 tahun diturunkannya surat Al Imran ayat 130. Surat Al Baqarah ayat 275-281 baru diturunkan disaat umat Islam telah siap hati dan jiwanya untuk menerima seruan paling dahsyah, keras dan tegas yang pernah Allah turunkan kepada manusia. Allah SWT tidak pernah mengharamakaan sesuatu sedahsyat, sekeras dan setegas dan perharaman riba dalam surat Al Baqarah ayat 275-281, yaitu seruan untuk memusnahkan dan memerangi riba. Allah dan RasulNya akan memusnahkan dan memerangi riba. Ketika Allah memilih menurunkan ayat riba sebagai ayat terakhir dengan seruan paling keras, seharusnya kita harus selalu merenung, menginggat dan mendakwahaknnya.

2. Seluruh riba telah dihapus dan dibatalkan

Turunya surat Al Baqarah ayat 275-281 sebagai ayat terakhir juga menandai dihapusnya riba secara totalSeluruh riba telah dibatalkan dan harus ditinggalkan jika tidak ingin diperangi Allah dan RasulNya.  Seluruh transaksi riba dalam ekonomi harus dihapuskan dan seluruh transaksi riba yang masih berjalan harus dibatalkan. Kewajiban yang wajib dikembalikan hanya pinjaman awal, seluruh bunga dan biaya layanan dihapuskan dan dibatalkan. Allah tidak hanya memerintahkan untuk menghapus namun juga memberikan solusi bagi yang masih terjebak kedalam riba untuk segera menggapai titik keseimbangan. Siapa yang masih bersikukuh untuk memakan riba setelah dihapus dan dibatalkan maka baginya akan terkena hukum dan hujjah paling serius, yaitu mereka akan kekal di dalam neraka.

3. Dampak riba sangat dahsyat

Diturunkannya  Al Baqarah ayat 275 – 181 sebagai ayat terakhir juga menunjukan akan dahsyatnya dampak riba terhadap umat Islam. Hal ini sudah sangat jelas bagaimana banyak umat Islam dan negara Islam saat ini dengan mudah dikontrol melalui riba dan dampak besar riba juga sangat besar, akan juga merusak keimanan individu, keluarga, masyarakat dan negara.

4. Allah mengecam meraka yang menghalalkan riba

Diturunkannya  Al Baqarah ayat 275 – 181 sebagai ayat terakhir juga menunjukan bahwa Allah mengecam segala bentuk dan tindakan untuk menghalalkan riba yang telah diharamkan. Allah menolak dengan tegas dan mengecam orang yang masih dan terus menyatakan bahwa riba dan jual beli sama. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Allah menyebutnya seperti orang yang kerasukan setan lantaran penyakit gila. Padahal riba dan jual beli jelas sangat berbeda.

5. Riba ujian berat umat akhir zaman

Turunya surat Al Baqarah ayat 275-281 sebagai ayat terakhir juga menjadi tanda bahwa Allah memberikan ujian kepada hamban di akhir zaman dengan riba. Inilah masanya dimana sekarang tidak ada seorang pun yang tidak memakan riba. Bahkan mereka yang berusaha menjauh dari ribapun masih terkena debu riba. Inilah bukti bahwa kita saat ini telah memasuki akhir zaman.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan datang pada manusia suatu zaman tidak akan tersisa kecuali pemakan riba. Siapa yang tidak makan riba ketika itu, ia bisa memakan debunya.” (HR. Ibnu Majah, dan Abu Daud)

Riba merupakan salah satu ujian terbesar yang hampir sebagian besar orang telah gagal melewatinya dan bahkan telah gagal untuk mengenali dan membedakan antara riba dan bukan riba. Banyak yang tertipu dengan label syariah namun yang dilakukannya riba. Banyak juga yang menyerukan transaksi ekonomi anti riba tapi ternyata yang dilakukannya justru riba. Fitnah riba diakhir zaman adalah fitnah tipuan. Tertipu bahwa yang dilakukannya adalah kebaikan yang dapat membawa kepada syurga namun justru sebaliknya yang dilakukannya justru membawanya ke jalan neraka. Tertipu bahwa dilihatnya api padahal air dan sebaliknya. Inilah fitnah Dajjal. 

"Sungguh aku tahu apa yang ada bersama Dajjal, bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Salah satunya secara kasat mata berupa air putih dan yang lainnya secara kasat mata berupa api yang bergejolak. Bila ada yang menjumpainya, hendaklah mendatangi surga yang ia lihat berupa api dan hendaklah menutup mata, kemudian hendaklah menundukkan kepala lalu meminumnya karena sesungguhnya itu adalah air dingin.” (H.R Muslim)


Allahu A'lam
sumber : Diolah dari berbagai sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel