Mengapa Riba dilarang dan harus dihapuskan?

Mengapa Riba Dilarang dan Harus Dihapuskan

Tanya SRM

Mengapa Riba dilarang dan harus dihapuskan?


Jawaban SRM


Sahabat SRM, ada beberapa sahabat yang menanyakan perihal alasan riba dilarang dan harus dihapuskan.


Sahabat SRM, ternyata larangan riba tidak hanya diturunkan kepada umat Islam namun seluruh agama Nabi Ibrahim a.s telah melarang umatnya untuk melakukan riba yang tercantum dalam kitab Kitab Taurat, Zabur dan Injil. Hal ini menunjukan bahwa riba adalah perilaku yang sangat terlarang untuk dilakukan bahkan telah dilarang sejak turunnya wahyu Allah Ta’ala  dalam semua kitabNya. 


Kenapa riba dilarang oleh Allah sejak awal dalam semua kitabNya???


Sebelum menjawab pertanyaan ini, perlu dipahami bahwa Allah menurunkan perintah dan laranganNya adalah agar manusia dapat menjalani kehidupan dengan penuh keseimbanganAllah Maha Mengetahui segala hakikat kebaikan dan kemaslahan persoalan. Apa yang bermanfaat bagi hamba-hambaNya, maka Allah akan membolehkannya bagi mereka, dan apa yang membahayakan bagi mereka, maka Allah akan melarangnya bagi mereka, jadi Allah tahu apa yang baik akan diperintahkan dan apa yang buruk akan dilarang. Kasih sayang Allah kepada para hambaNya lebih besar daripada sayangnya seorang ibu kepada anak bayinya.

Allah menurunkan larangan riba, karena riba merupakan salah satu perbuatan keji yang jika dilanggar akan sangat merusak keseimbangan berbagai aspek kehidupan manusia, bahkan sampai Allah Ta’ala  dan RasulNya menyatakan perang dengan riba.  Riba termasuk perbuatan keji karena riba mengeksploitasi,  memperbudak, mengambil dan memeras harta, usaha dan darah orang lain secara bathil. 


“Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka itulah orang orang yang melipatgandakan (pahalannya).” (Q.S. Ar Rum : 39)


Dalam Q.S Ar Rum ayat 39 ditegaskan bahwa riba sama sekali tidak akan menambah pada sisi Allah Ta’ala. Hal ini berarti praktik riba sama sekali tidak memberikan pahala, keberkahan dan manfaat melainkan semuanya akan menimbulkan mudharat dan dampak negatif yang sangat besar. Dalam Al Qur’an dan Hadis juga banyak dijelaskan dampak riba yang pada akhirnya akan dimusnahkan dan dihancurkan sehingga akibatnya menjadi sedikit, kurang dan menimbulkan kemelaratan.

“Riba meskipun banyak namun akibatnya menjadi sedikit.” (H.R Al Hakim)

“Tidaklah seseorang membiasakan riba, kecuali Allah membalasnya dengan kekurangan(H.R Ibnu Majah)

“Rasulullah SAW bersabda : meskipun riba sebanyak ini, ia akan membawa akhirnya ke kemelaratan". (H.R Ibnu Majah, Ahmad, Baihaqi).

Berikut penjelasan dampak riba secara ringkas sehingga kita bisa berfikir dan akhirnya menyadari dan menyimpulkan bahwa riba dilarang karena termasuk perbuatan keji yang sangat perdampak negatif untuk kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan.

1. Dampak buruk riba terhadap kehancuran induvidu-individu

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila..." (Q.S al-Baqarah : 275).

Dampak paling dasar dan paling besar terhadap rusaknya individu adalah rusaknya keimanan. Riba telah merusak dasar keimanan karena orang yang melakukan riba seperti orang yang kemasukan syaitan. Rusaknya keimanan berdampak pada hilangnya keyakinan bahwa kekuatan, kesenangan, rezeki, kesehatan dan kematian merupakan ketentuan dari Allah Ta’ala. Ini telah hilang dan berganti menjadi kekuatan, kesenangan, rezeki, kesehatan bahkan kematian hanya ditentukan oleh uang. Akibatnya ia telah menuhankan uang dan mengangap bahwa tidak ada lagi kekuasaan Allah Ta’ala  atas segala sesuatu.

Dampaknya ketika uang telah menguasai dirinya dan telah hilang keimanannya maka segala hal dilakukan demi uang, meskipun dengan menindas, korupsi, memeras, menipu bahkan membunuh pun dilakukan demi uang. Segala amanah dan kehidupanya dikorbankan untuk uang, dari mulai mengorbankan pekerjaanya, jabatannya, agamannya, sahabat, keluarga, orang tua bahkan dirinya.

Hilangnya keimanan juga telah merusak moralitas dan jiwa sosialnya, pemberi pinjaman tidak lagi punya hati nurani untuk merasakan rezekinya bersumber dari bunga hasil eksploitasi dan perasan keringat peminjam. Riba telah benar-benar menghancurkan keimanan dan hidupnya telah dikuasai oleh syaitan dan hawa nafsunya. Segala cara dilakukan hanya untuk mengumpulkan dan menghitung-hitung uangnya. Hingga mengangap bahwa derajat manusia hanya dinilai berdasarkan uang bukan dari taqwa. Telah hilang keimanannya untuk memahami hakekat kehidupan bahwa Allah Ta’ala  adalah Tuhan Yang Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu.

2. Dampak buruk riba terhadap kehancuran keluarga

Ketika individu telah hancur, keimanannya telah luntur maka seperti sebuah efek domino akan hancur juga keluarganya. Kehancuran dalam keluarga dimulai ketika kehidupan keluarga dipaksa dan dituntut dengan beban riba diluar batas kemampuan.

Pemasukan dari bisnis juga sudah hancur karena bisnis telah terkena racun riba. Dahulu mengangap dengan pinjaman riba bisnis akan semakin melejit, numun justru omset penjualan akan naik dengan diikuti naiknya hutang riba. Terlihat sukses dan kaya namun sebenarnya fatamorgana karena hutang baru yang kian menumpuk. Uang hasil kerja keras tanpa mengenal waktu digelontorkan setiap bulannya hanya untuk membayar bunga riba tanpa mengurangi pokok pinjaman, yang terpenting bisa menjaga nama baik bank. Hingga akhirnya bisnis hancur lebur  tidak lagi sanggup menanggung beban riba.

Bisnis dengan hutang riba memaksa dirinya untuk bekerja melebihi kemampuannya, tidak sabar dan justru dengan kesombongannya yakin dapat membayar pokok dan bunganya. Ketika beban semakin berat, maka semua dilakukan mulai dari menjual dengan murah, menambah hutang baru, menunda hak karyawan bahkan mengurangi timbangan dan berbuat curang. Inilah awal dari kebangkrutan.

Ketika nilai keuntungan dalam bisnis dibawah bunga maka disitulah kehancurannya. Keuntungan juga akan semakin menurun karena modal yang dipinjam harus dikembalikan dalam bentuk angsuran setiap bulan dengan tambahan bunga.

Riba pasti akan menghancurkan bisnis, tinggal masalah waktu, cepat atau lambat. Riba akan melambungkan ke langit dan menghempaskannya ke bumi, tinggal seberapa tinggi lambungannya maka akan semakin sakit ketika jatuhnya. Riba tidak pernah peduli apakah bisnis sedang rugi, sepi atau turun yang jelas tanggungan bunga riba harus dibayar.

Pemasukan dari bisnis dan dari kerja hanya difokuskan untuk menyelesaikan tanggungan riba. Demi membayar tanggungan riba suami dan istri rela bekerja keras tanpa mempedulikan bagaimana kehidupan anak dan keluarganya. Ketika istri dan suami tidak fokus kepada anak dan keluarganya maka anaknya menjadi tidak mendapat kasih sayang dan mudah melawan orang tua. Tekanan dalam keluarga semakin menekan pikiran, membuat mudah sakit sehingga semakin menambah beban tanggungan riba.

Kebutuhan untuk keluarga tidak lagi dianggap penting. Jika tidak cukup membayar riba, pinjam berbunga lagi menjadi solusinya. Beban riba semakin hari semakin menekan hingga suami istri saling menyalahkan. Semakin hari semakin banyak syariat yang dilanggar, keimanan semakin menipis yang dipikirkan hanya  bisa membayar riba.

Rumah tangga akan hancur. Kebahagiaan dari riba adalah kebahagiaan yang semu yang menawarkan kesenangan sesaat. Tidak ada keberkahan dalam keluarga, suami bertengkar dengan istri, suami dan istri juga bertengkar dengan anak. Semua menjadi saling menyalahkan. Rumah terasa panas hingga akhirnya semua berujung kepada perpisahan, perceraian bahkan pembunuhan.

3. Dampak buruk riba terhadap kehancuran masyarakat 

Ketika individu telah hancur keimanannya, keluarga telah hancur ikatannya maka seperti sebuah efek domino akan hancur juga masyarakatnya. Ketika riba berkembang dalam masyarakat, maka keseimbangan struktur masyarakat yang stabil akan rusak. Dalam Struktur masyarakat pasti terdapat masyarakat yang tergolong kaya dan masyarakat miskin. Ketika sistem riba berjalan, maka masyarakat yang kaya akan mendepositkan uangnya ke bank, sedang masyarakat miskin akan meminjam uang dari bank. Sudah tentu masyarakat yang kaya akan semakin kaya karena deposit bank hasil perasan dan eksploitasi dari masyarakat yang miskin tidak akan pernah rugi. Sedang masyarakat miskin akan semakin miskin, karena dia bisa rugi dan menanggung beban bunga.

Ketika hal ini terus berjalan, maka tidak ada lagi keseimbangan dalam struktur sosial masyarakat, akan hilang budaya syirkah atau kerjasama, tolong menolong, rasa saling percaya, tumbuh sifat egois, dengki, putusnya silaturahmi dan persaudaraan serta tidak ada kepedulian dalam masyarakat karena masyarakat yang kaya lebih mementingan kepentingan dan kesenangan pribadi dengan mendopositkan dananya di bank sedang masyarakat miskin yang seharusnya mendapat permodalan atau bantuan justru diberikan bantuan berbunga, karena tidak ada pilihan alternatif terpaksa mereka akhirnya harus meminjam uang di bank. Ibarat memancaing dalam air keruh, mereka mencari keuntungan di tengah keadaan masyarakat yang terdesak dan tertekan.

Tidak ada istilah bantuan berbunga, itu hanyalah kedok, karena sejatinya itu adalah bantuan yang menipu dengan berpura-pura memberikan bantuan namun kenyataanya berambisi untuk menumpuk hartanya tanpa ada sedikitpun rasa iba dan kasihan. Tumbuh suburnya riba dimasyarakat menunjukan moralitas masyarakat telah runtuh, karena pemberi pinjaman tidak lagi memiliki kepedulian dan rasa kasihan. Ketika moralitas masyarakat telah runtuh maka sedikit demi sedikit akan banyak muncul penyakit sosial seperti kikir, tamak, egois dengan mementingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan masyarakat, dengki, sombong, saling bermewah-mewahan hingga berhati keras.

Maraknya pinjam meminjam berbunga dalam masyarakat telah melunturkan budaya tolong menolong dan kerjasama. Dampaknya masyarakat terpecah belah dalam suatu kesenjangan ekonomi dan moralitas yang berkepanjangan, yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Sekarang uang adalah raja, akibatnya semua harus dengan uang termasuk untuk bisa menyatukan seluruh masyarakat. Semakin tinggi riba dalam masyarakat maka akan semakin rusak struktur masyarakat. Inilah bentuk penindasan yang dilegalkan. Penindasan yang secara tidak langsung membenturkan sesama masyarakat.

4. Dampak buruk riba terhadap kehancuran negara 

Ketika individu telah hancur keimanannya, keluarga telah hancur ikatannya, masyarakat telah hancur persaudaraanya maka seperti sebuah efek domino akan hancur juga negaranya. Ketika seluruh lapisan ekonomi dalam negara sudah dilandasi riba dari mulai sektor produksi, distribusi sampai konsumsi maka timbul kesenjangan ekonomi karena kekayaan hanya akan berputar diantara orang kaya dan orang miskin akan tetap menjadi miskin dampaknya akan timbul monopoli ekonomi.

Harga dapat diatur sesuai dengan keinginan, bukan berdasarkan pasar bebas yang adil. Ketika harga sudah bisa diatur maka masyarakat yang akan paling merasakan dampaknya, bagaimana jeritan pedangan, petani, peternak dan berbagai UMKM kecil yang sudah memiliki siklus untuk menghancurkan hasil usahanya dengan oermainan harga, hingga mereka akan kembali memulai usahanya yang hancur dari pinjaman berbunga.

Harga kebutuhan masyarkat juga akan semakin meningkat tajam, karena pinjaman berbunga akan menambah biaya produksi, sehingga memaksa menjual dengan harga yang sudah ditambahkan dengan bunga. Setiap suku bunga naik, maka harga jual barang juga akan naik. Kenaikan harga juga terjadi akibat dari inflasi karena turunnya nilai mata uang akibat adanya sistem riba. Kembali lagi masyarakat miskin yang paling merasakan dampaknya. Ketika semua menjadi mahal, maka hutang riba yang awalnya hanya ada disektor produksi juga mulai merambah ke sektor konsumsi.

Masyarakat miskin akan semakin miskin, karena peredaran uang sebagai tulang punggung ekonomi telak dihancurkan oleh sistem riba, sehingga sebagian besar uang hanya beredar di masyarakat kaya. Masyarakat kaya akan tetap menjadi kaya dan tidak akan pernah menjadi miskin karena mereka mendepositkan uangnya di bank yang tidak mungkin mengalami kerugian. Sedang masyarakat miskin akan semakin miskin. Disinilah jelas terlihat kesenjangan ekonomi dalam suatu negara. Tidakkah kita menganalisa dan berfikir bahwa akar permasalahannya adalah riba?.

Lapangan kerja juga akan semakin sedikit, karena banyak masyarakat yang lebih memilih untuk mendepositkan uangnya di bank yang tidak bisa mengalami kerugian dibanding dengan menginvestasikan uangnya disektor produktif karena ada potensi kerugian. Dengan demikian sektor produktif dan usaha yang tingkat keuntungannya dibawang bunga pasti akan sulit berkembang dan gulung tikar. Dampak besarnya ketika produksi menurun, maka tidak ada keseimbangan antara produksi dan konsumsi, sehingga negara akan banyak menggantungkan konsumsi dari produk-produk luar.

Inilah perbudakan yang telah dilegalkan oleh negara. Perbudakan dengan mengeksploitasi, menguras dan menghisap darah ekonomi masyarakat dalam suatu negara menjadi kering tidak bersisa, bahkan sampai seluruh harta habis untuk menutupi beban akibat riba. Ketika masyarakat sudah semakin miskin, keimanan dan moral masyarakat sudah hilang, maka otomatis tingkat kejahatan juga akan meningkat. Semua dilakukan mulai dari korupsi, suap, perampokan, pencurian, penipuan dan bahkan sampai rela mengorbankan nyawa keluarga dan dirinya.

5. Dampak buruk riba terhadap kehancuran dunia

Ketika individu telah hancur keimanannya, keluarga telah hancur ikatannya, masyarakat telah hancur persaudaraanya, negara telah hancur ekonominya maka seperti sebuah efek domino akan hancur juga dunia. Sistem riba telah menjerumuskan negara-negara kepada jebakan hutang yang dalam, sehingga untuk membayar bunga saja kesulitan apalagi pokoknya.

Riba juga telah digunakan untuk mengatur negara-negara di dunia. Riba telah menjadi alat perang yang ampuh untuk mengendalikan negara-negara di dunia. Hampir semua negara didunia yang mempunyai hutang riba pasti akan mudah dikendalikan dan dikontrol. Dengan dalih bantuan internasional, riba di berikan kepada negara-negara miskin yang membutuhkan bantuan, namun sejatinya itu adalah bantuan yang menjerat, yang suatu saat dapat digunakan untuk mengatur dunia.

Dengan sistem pinjaman berbunga negara dengan mudah dikontrol dan dikendalikan melalui krisis ekonomi, penurunan mata uang, inflasi dll. Sepanjang sejarah sejak tahun 1930 sampai saat ini telah banyak terjadi krisis ekonomi karena sistem ribawi yang telah masuk ke dalam seluruh masyarakat dunia. Ketika terjadi penurunan mata uang, maka akan ada pemindahan kekayaan besar besaran dari masyarakat ke bank sentral yang juga akan diikuti dengan peningkatan pinjaman masyarakat ke bank karena nilai mata uang yang rendah. Hal ini terus berlangsung sehingga negara dan masyarakat akan semakin miskin dan miskin.

Masih ingatkan bagaimana Khilafah Turki Ustmasi juga hancur karena pinjaman uang berbunga ke Eropa. Mulai dari tahun 1924 riba telah menyebar luas menghancurkan dan menusuk umat seluruh dunia hingga hari ini.

Allahu A'lam

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel